
Tidak semua orang suka baca. Ada yang lebih suka nonton film daripada baca karya aslinya. Atau lain lagi sahabat saya, dia lebih suka mendengarkan ketimbang membaca. Dia akan mendengarkan rangkuman buku yang saya baca daripada memiliki buku tersebut. Ajaib?! Tapi memang setiap orang unik. Mereka tahu bagaimana caranya untuk menyerap pengetahuan.
Di Jerman, saya lihat masih banyak orang suka membawa buku bacaan saat menunggu atau perjalanan di kereta/bis. Di jakarta, budaya membaca tergantikan dengan smartphone hihihihi yakni membaca status atau komentar orang hahahaha…
Pepatah bilang, ‘Buku adalah jendela dunia.’ Ada benarnya juga. Sewaktu kecil saya suka baca dan membayangkan bagaimana kisah dari buku yang menggambarkankan kehidupan di luar bangsa saya. Menarik!!! Rasa ingin tahu saya jadi meningkat dengan semakin membaca buku.
Kemanapun saya pergi, saya menyiapkan buku bacaan yang mengisi waktu lowong saya. Tetapi sekarang ini saya menjadi miris, banyak ruang-ruang tunggu di tempat publik tidak lagi tersedia koran/majalah/buku bacaan, hanya ada sekotak televisi. Memang sih tidak semua orang suka baca tapi kan apa salahnya membuat ruang tunggu yang nyaman dan tidak membosankan dengan buku bacaan/galeri informasi yang bermutu. Misalnya, ruang tunggu rumah sakit bisa diisi galeri informasi seperti brosur/informasi dinding/buku/majalah kesehatan yang memuat jenis dan gejala penyakit atau cara mencegah penyakit.
Selalu ada informasi yang bermanfaat dari sebuah bacaan meski topik atau tema bacaan tersebut tidak menarik. Itu prinsip saya.
Nah daripada ngalor ngidul, langsung kepada topiknya, membangkitkan minat baca anak sempat saya tulis hal serupa di sini. Inspirasi di bawah ini, semoga membantu:
1. Dongeng anak
Beli buku cerita fabel atau buku edukasi yang memuat nilai-nilai kehidupan seperti jujur, rajin, suka menabung, rajin berdoa, tidak sombong dsb. Setelah itu, silahkan membaca bersama anak buku tersebut di sela-sela senggang, seperti mau tidur atau usai dari pulang kantor atau di hari libur.
Ajak anak untuk mendeskprisikan cerita berdasarkan imajinasi anak. Tanyakan siapa tokoh-tokoh dalam dongeng tersebut, siapa tokoh baik/jahat. Lalu, diskusikan pesan yang diperoleh dari dongeng tersebut.
2. Kesepakatan membaca
Agar semakin lancar membaca, minta anak untuk sepakat membaca mengenai waktu membaca misalnya setiap hari atau setiap minggu. Diskusikan apa yang akan dilakukan usai baca buku. Kesepakatan lain misalnya, jika anak dapat membaca buku dan menceritakannya kembali maka anak akan dapat hadiah. Kesepakatan membaca dibuat oleh orangtua dan anak sepanjang tidak memberatkan anak, misalnya buku yang berhalaman tebal sementara anak baru belajar membaca.
3. Teladan membaca
Saya senang membaca karena saya lihat ayah saya saban pagi membaca koran. Menurut saya, teladan adalah guru yang bijak bagi anak. Jadi jika anak membaca, anda jangan sibuk dengan gadget, games, atau nonton sinetron tapi temani anak membaca.
4. Sediakan rak buku
Anak akan terinspirasi memiliki buku jika orangtua mendukungnya dengan menyediakan sarana pendukung seperti rak buku. Buat rak buku yang dapat dijangkau anak, dekat dengan meja belajar dan kursi atau tempat yang nyaman dengan penerangan yang baik. Tatalah rak buku bersama anak layaknya “Perpustakaan mini”. Dengan demikian anak punya ‘rasa memiliki’ dan bertanggungjawab untuk menata dan memelihara buku.
5. Ajak ke toko buku
Luangkan waktu anda bersama anak bila berkunjung ke pusat perbelanjaan dengan pergi ke toko buku. Anggaplah sebagai hadiah, anda bisa belikan buku yang mereka pilih dan suka.
6. Berlangganan koran atau majalah anak
Dulu ada majalan Bobo yang sarat dengan pesan-pesan didalamnya. Sesuaikan tingkat baca anak dengan usia anak. Jika anak anda sudah menginjak usia pubertas, anda bisa minta mereka berlangganan majalah remaja.
7. Sumbangkan buku bacaan atau bahan bacaan yang tidak terpakai
Sewaktu kecil saya pikir semua orang di pelosok Indonesia bisa dapat koran dalam waktu yang sama seperti saya di Jakarta. Ternyata tidak. Mereka yang di pelosok NTT misalnya minta saya kirimkan koran, majalah, kamus atau buku bacaan untuk anak-anak disana. Saya jadi menghargai bahwa tidak semua seberuntung saya untuk membeli buku dan mendapatkan pengetahuan. Akhirnya dengan menyumbangkan buku, saya paham bahwa pengetahuan dari sebuah buku tak lekang oleh waktu. Dengan berbagi bersama orang lain tentang makna sebuah buku, anak menjadi paham betapa berharganya suatu pengetahuan dalam buku tersebut.
Kesimpulan
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tidak semua anak suka membaca. Kenali minat dan bakat anak anda! Jika memang suka membaca, silahkan dicoba tips di atas!