Saya suka sekali menyimpan mata uang asing dari negara-negara yang pernah saya kunjungi. Atau, saya kadang dapatkan mata uang asing dengan cara “Barter” misalnya, sewaktu ada acara internasional dengan peserta dari berbagai negara
Sewaktu perjalanan dinas menuju ke Jakarta dari Padang, saya bertemu dengan Pria asal Meksiko. Kami berbincang dan bertukar bahasa dan cerita lalu diberinya saya sovenir “20 Peso” hihihi lumayan buat koleksi. Sampai kapanpun nilai mata uang akan selalu berharga, malah banyak yang cari.
Lain lagi cerita soal uang. Teman saya dari Jerman datang ke Jakarta dan kami berdua naik taksi bersama menuju Restoran. Saat membayar ia keluarkan duit rupiah yang sudah jadul dan tak laku lagi. Saya dan supir taksi tertawa. Rupanya ia masih menyimpan uang rupiah era tahun 80an atau 90an hihihi sewaktu ia berkunjung ke Indonesia. Namun tetap saja uang jadul itu diterima oleh sopir taksi karena sopir taksi tersebut memikirkan tip yang lumayan dari uang itu. Ia juga berpikir bahwa uang itu masih bisa ditukar di bank. Bank bersedia menukar uang tersebut, asalkan asli.
Cerita ketiga, ketika saya dan Mama mendapatkan uang kembalian lima puluh ribu rupiah yang sudah robek. Mama pun langsung merapikan uang tersebut dengan isolasi sehingga terlihat baik. Hasilnya, meski uang tersebut sudah terlihat kucel dan ada tambalan isolasi tetap saja uang diterima dengan nilai yang sama oleh pedagang lain sesudahnya.
Dari ketiga cerita di atas, saya menarik kesimpulan bahwa seberapa lamanya uang,seberapa kecil nominalnya dan seberapa “jelek”uang tersebut, ia tetap berharga dan nilainya tidak berkurang. Uang begitu berharga sehingga banyak orang berupaya memalsukannya.
Saya tidak mengibaratkan anda atau kita dengan selembar nilai uang. Kita lebih berharga dari uang. Jadilah seperti “uang” yang menganggap diri kita begitu berharga. Toh, nilai dua ribu pun tidak akan memiliki nilai penuh dua ribu jika tidak ada uang logam dua ratus perak, misalnya. Seberapa pun kecil peran kita, kita amat berharga untuk menggenapi suatu nilai yang penuh makna.
Jangan pernah menganggap rendah diri meski nilai dari peran kita begitu kecil dalam suatu kelompok atau komunitas. Kita tetap berarti. Ingat saja koin yang nilainya kecil bila dikumpulkan akan memiliki nilai yang punya arti.
Tidak ada tua dan muda. Jika uang yang sudah jadul saja masih begitu bernilai, apalagi kita?
Tempatkan diri kita sebagai pribadi yang bernilai. Bukan tampilan yang rupawan yang memikat hati tapi nilai yang terkandung didalamnya. Meski uang seratus ribu rupiah sudah kucel, lusuh dan sudah diinjak-injak tapi toh nilainya tetap sama seratus ribu rupiah dan orang masih menginginkannya. Jadilah pribadi yang bernilai meski banyak orang sudah “menginjak-injak” dan waktu membuat anda usang, atau orang lain telah “merobek” anda. Nilainya tetap sama meski peristiwa telah membuat anda “tak rupawan lagi.”
Jadilah “original”, tidak usah memalsukan diri. Mereka menerima kita sebagaimana adanya. Uang palsu jelas tidak diterima.
Kita adalah pribadi yang bernilai dan berharga. Seperti kutipan berikut yang terkirim ke email saya,
“You’re a diamond in the rough. A brilliant ball of clay. You can be a work of art, If you just go all the way”. Kau adalah berlian yang belum diasah; Segumpal lumpur yang berkilauan Kamu bisa menjadi maha karya; Jika kau mau melewati prosesnya”
Wah itu bagus banget motivasinya kaka. pinjem kalimatnya boleeh?
LikeLike
Hallo Thomi,
Silahkan saja dipinjam tapi jangan lupa uang sewanya ya hehehehe… Sorry baru bisa balas karena lagi sibuk, semoga belum terlambat membalas ya:)
Salam
Anna
LikeLike