Saya suka sekali memasak, meski memasak bukan hobby tetapi buat saya memasak adalah seni meracik masakan dengan rasa dan hati. Jika hati sedang tak baik, marah-marah dan jengkel, bukan tidak mungkin rasa masakan juga ajaib. Beberapa kali saya sempat dikomplen karena rasa masakan yang ajaib, misalnya membuat sambal yang terlalu pedas lalu mama akan bilang bahwa hati saya sedang marah. Benar juga sih, ada kaitan antara rasa masakan dengan suasana hati.
Begini ceritanya. Di jerman ini saya harus mandiri, termasuk memasak. Dulu sewaktu ngekos karena bekerja di Bandung dan Semarang, saya tak pernah memasak. Padahal saya dibekali magic jar, penanak nasi dan kompor gas kecil dengan gas seukuran 600 mili. Saya pilih makanan dengan membeli atau catering yang praktis dan murah. Lucunya di jerman, saya sempat telpon mama buat tanya bagaimana menanak nasi tanpa magic jar otomatis. Gubraks!
Membeli makanan di sini ‘kan mahal. Jadi saya belajar memasak otodidak, semua bahan dicampur sesuai pemahaman saya. Benar saja, teman jerman saya ini bilang masakan saya asin. Heh!!!! Antara malu dan kecewa, saya minta maaf hehehe.. Padahal pria jerman seperti dia saja pandai memasak.
Lalu kami berbincang mengenai rasa masakan yang keasinan. Menurut Mama dulu jika rasa masakan terlampau asin dikarenakan si pembuat “ngebet” menikah. Saya sampaikan begitu ke teman jerman saya. Menurutnya, jika rasa masakan asin dikarenakan si pembuat sedang jatuh cinta dan memikirkan seseorang sampai-sampai menaruh garam berlebihan. Hmm… masuk akal alasan teman jerman saya dibanding alasan mama yang bilang keasinan karena “ngebet” kawin. Dan kami pun tertawa bersama hahaha…
Suatu kali saya dan teman jerman ini makan di restaurant khas ‘Bavarian’. Saya mencicipi menu makanan saya, bukan main asinnya. Waduh, saya jadi meringis. Usai menyantap makanan, si pramusaji bertanya kesan dan rasa masakan yang kami makan dalam bahasa jerman. Dasar saya orang indonesia, kebanyakan basa-basi, alhasil saya jawab “Lecker” hahahaha… Teman jerman saya bilang katakan saja sejujurnya supaya mereka dapat memperbaikinya. Yah, zu spät atau terlambat dalam bahasa jerman hihihihi…
Iseng saya sekarang sedang baca laman Deutsche Welle tentang hasil riset ternyata ditemukan kaitan orang jatuh cinta dengan stimulan rasa pada indera pengecap. Kondisi orang sedang jatuh cinta dikenal dengan “kondisi darurat” dimana kondisi tersebut mempengaruhi rasa asin, manis dan pahit yang disebabkan oleh hormon , zat kimia pengantar informasi yang ikut menentukan hampir seluruh fungsi tubuh. Hormon misalnya, turut mengatur pencernaan, sistem imunitas dan ketahanan terhadap stress. Selain itu, hormon juga punya andil dalam urusan cinta. Begitu kata hasil penelitian yang dilakukan kepada 46 orang dalam kelompok yang sedang jatuh cinta. Sedangkan kelompok kontrol adalah mereka yang lajang atau mereka pasangan suami/isteri yang sudah menikah lama.
Dikatakan juga bahwa saat jatuh cinta, tubuh merasa memerlukan lebih banyak rasa asin, manis dan asam dalam suatu makanan dibandingkan mereka, pasangan yang sudah lama bersama. Menarik ya?!
Tadinya saya cuma berpikir pakai logika saya saja bahwa saat orang sedang jatuh cinta, mereka menjadi tidak fokus, konsentrasi terpecah karena memikirkan yang dicintainya sehingga kebanyakan menaruh garam. Hahahaha… ternyata ada hasil penelitiannya toh. Good to know!