Benarkah Keterampilan Berbahasa Dikarenakan Bakat?

image
(Sumber foto: Dokumen pribadi)

Ini kejadian lucu sebut saja di tiga lokasi negara berbeda, saya menemukan orang asing bisa berbahasa Indonesia.

Kejadian pertama, saat saya pergi sendiri menyusuri Asia bermula di Thailand Selatan. Tak punya teman ngobrol saat travelling memang tidak enak, itu risiko Solo Traveller. Seseorang datang membawa bir dan berbicara dalam bahasa Inggris. Akhirnya saya tolak minum birnya dan jika mau ngobrol silahkan, begitu saya sampaikan. Setelah tahu bahwa saya orang Indonesia, dia minta saya berbicara bahasa Indonesia karena dia pernah bekerja lima tahun di Medan sebagai Guru. Ia adalah Pria Amerika yang menjadi turis saat itu. Anehnya, ia merespon pembicaraan saya dengan Bahasa Inggris sementara saya bicara dalam Bahasa Indonesia. Hmm, menarik! Jika ada hal yang dia tak paham, dia minta saya bicara pelan-pelan atau bicara kembali pakai bahasa Inggris.

Kejadian kedua, saat saya dan seorang teman terjebak di pusat perbelanjaan yang besar di Seoul. Kami tak bisa keluar karena tak tahu jalan menuju keluar gedung. Naik turun lift dan tangga membuat kami benar-benar lelah. Tanya sana sini, banyak yang tak bisa Bahasa Inggris. Di saat kami lagi istirahat di tangga, datanglah seorang perempuan Korea yang menghampiri. Dia mendengar pembicaraan Bahasa Indonesia kami dan bermaksud untuk menyapa. Meski Bahasa Indonesianya sudah terdengar aneh dan tak lancar, tetapi sesungguhnya sangat menolong kami saat itu untuk keluar gedung. Ia belajar Bahasa Indonesia saat ia pernah tinggal dan mengajar jadi dosen di salah satu universitas di Jakarta. Kagum ternyata ia masih bisa berbahasa Indonesia.

Kejadian ketiga, saya dan dua orang mahasiswa Indonesia sedang berkunjung ke pusat penjualan BMW di München. Kami bertiga suka berkelakar dalam Bahasa Indonesia, tertawa bersama dan berpikir tak ada orang yang paham di sekitar kami. Kami cuek saja berkomentar. Hingga akhirnya satu orang dari kami bilang, “Kira-kira gimana ya kalau gue mau beli mobil ini?” Kami sadar itu cuma lelucon sambil mengagumi kendaraan di hadapan kami. Datanglah seorang sales wanita berusia kurang lebih 50 tahun, masih terlihat cantik dan berambut pirang. Ia pun langsung merespon. Oh my God, Sales ini paham pembicaraan kami. Ia pun menyahut, “Ada yang bisa saya bantu?” Gubrakss. Kami tak menyangka. Rupanya Sales Wanita ini adalah seorang berkewarganegaraan Hungaria, bersuamikan orang Jerman dan sempat tinggal di Indonesia beberapa tahun. Sebagai sales, ketrampilan berbahasa asing seperti bahasa Indonesia dan sedikit melayu membantunya saat ada pelanggan yang berasal dari Asia.

Dari ketiga kejadian tersebut, saya boleh bangga terhadap Bahasa Indonesia karena mereka yang berkewarganegaraan asing saja bisa belajar dengan mudah. Meski sudah tak tinggal di Indonesia lagi tetapi keterampilan berbahasa mereka cukup dimengerti. Saya sempatkan wawancara sedikit tentang keterampilan berbahasa mereka. Ternyata kesamaannya tiga orang WNA tersebut memiliki situasi dan kondisi yang mewajibkan mereka mau tidak mau harus menguasai bahasa Indonesia seperti alasan pekerjaan, tinggal di Indonesia dan kemudahan berkomunikasi dengan sekitarnya jika kita bisa berbicara bahasa Indonesia. Akhirnya niat pula yang menentukan ketrampilan berbahasanya untuk menguasai bahasa diluar bahasa ibu.

Dua orang teman kursus bahasa Jerman saya adalah satu Pria British dan yang lain Scotish. Mereka sudah tinggal dua tahun di Jerman tetapi tak satu pun dari mereka mampu menguasai. Di kelas saya mengamati mereka sepertinya tertutup untuk menguasai pelafalan dan kosakata. Secara grammatik memang agak berbeda antara English dan Deutsch, tetapi setidaknya mereka dapat belajar bahasa Jerman untuk kebutuhan pekerjaan mereka (seharusnya menurut saya). Apa boleh dikata dalam satu term, mereka tetap berbicara bahasa Inggris dan berpikir setiap orang pasti paham bahasa Inggris. Akhirnya saya dan beberapa teman di kelas berpikir jika kita tak berniat untuk menguasai bahasa asing, hal itu akan menjadi sulit.

Dulu saya berpikir keterampilan berbahasa asing itu “talent”. Jika memang tak berbakat, sulit buat kita belajar. Ternyata sekarang menurut saya, keterampilan berbahasa dikarenakan minat dan niat. Ada banyak kemudahan di masa kini buat kita belajar bahasa asing dengan keterbukaan teknologi dan komunikasi. Tetapi pertama-tama, apakah kita punya minat dan niat? Itu kuncinya.

Kesimpulan

Ketrampilan berbahasa asing ditentukan faktor-faktor berikut:
1. Minat dan niat untuk belajar
2. Percaya diri
3. Berpikiran terbuka
4. Hasrat untuk mempraktekkan
5. Menjadi kebiasaan dan tidak malu untuk berbicara dalam bahasa asing.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s