6 Hal yang Harus Dimiliki Humas, Hubungan Masyarakat atau Public Relations (PR)

Public relations (PR) menjadi istilah baru yang dulu sering dinamakan “Staf Humas”. Profesi ini telah ada sejak dulu hanya saja kini profesi ini menjadi kompleks dan khas seiring dengan era komunikasi informasi yang berkembang pesat. Artinya, PR menjadi profesi yang berkaitan dengan relasi publik yang menjamin citra yang positif dan kuat dari organisasi/perusahaan bahkan kini PR pun dituntut mampu mempengaruhi opini dan sikap publik yang positif dan berkelanjutan.

Tentu ini tak mudah. Jika dulu, siapa pun dianggap bisa berperan sebagai “Staf Humas” karena bisa “ngomong”, kini mereka yang berprofesi tersebut harus punya pengetahuan dan ketrampilan yang layak sehingga terbangun komunikasi yang baik dan saling mempercayai antara organisasi/perusahaan dengan masyarakat serta stakeholder terkait.

Konon munculnya dunia industri dan geliat pemerintahan baru usai perang dunia menjadikan PR dipandang sebagai profesi yang menentukan dan menjembatani antara kebutuhan perusahaan/organisasi dengan keinginan masyarakat/publik. Di era sekarang pun, ada yang masih menempatkan “Staf Humas” sebagai posisi “sambil lalu” dan tak berkualitas dengan layanan data dan informasi yang seadanya, namun ada pula yang menjadikan PR sebagai garda depan yang terampil dan handal untuk citra identitas perusahaan/organisasi (brand identity).

Berdasarkan pengalaman, berikut beberapa hal yang harus dimiliki untuk menjadi PR:

1. Kemampuan analisa dan menilai situasi

Untuk mengenali keinginan publik, pertama-tama perlu dilakukan pengamatan dan analisa tentang situasi yang terjadi. Bisa jadi sebagai PR dihadapkan pada suatu krisis yang harus dikelola dan diperlukan riset kilat dan informal sehingga paham strategi yang dilakukannya. Atau mungkin PR harus mengatasi konflik yang menimbulkan gap antara kebutuhan perusahaan/organisasi dengan masyarakat. Apa pun itu, seorang PR diharapkan mampu mengatasi masalah yang terjadi melalui publicity dan memberi saran kepada manajemen agar terbangun hubungan yang baik dan terpuaskan.

Untuk ketrampilan ini, seorang PR bisa memiliki ketrampilan riset sosial sederhana yang informal untuk mengenali kebutuhan. Atau, lakukan media monitoring untuk mengetahui tone yang terjadi di masyarakat. Menggali testimoni dari berbagai pihak dengan terjun langsung ke lapangan, dan sebagainya.

2. Keterampilan berkomunikasi

Sebagai komunikator yang berhubungan langsung dengan publik, tentu PR harus punya ketrampilan komunikasi yang baik. PR harus terampil menjelaskan dengan baik kepada khalayak, mampu menarik atensi dan memahami dengan baik organisasi/perusahaan. PR akan berhadapan juga dengan media atau khalayak ramai, dipastikan harus punya kepercayaan diri untuk tampil.

Bukan hanya sekedar bicara dan terkesan ngawur, tetapi juga PR mampu mendengarkan aspirasi khalayak, menjawab pertanyaan dengan profesional dan juga Back up terhadap manajemen. Ada banyak contoh dimana PR harus berhadapan dengan pendemo atau masyarakat yang komplen dan marah-marah. Seorang PR harus tetap bersikap santun dan mampu menjaga hubungan yang harmonis. Meski ini tak mudah, tetapi sebagai seorang PR perlu menggunakan sisi humanis untuk bisa menyelesaikan kasus/masalah dengan baik.

3. Keterampilan mengorganisasikan (event/exhibition organizer)

Banyak pula cerita keberhasilan, good stories, best practices dan pengalaman kesuksesan yang ingin dibagikan kepada publik. Lewat pameran atau lokakarya, PR diharapkan mampu memiliki perencanaan, eksekusi dan menata terselenggaranya aktivitas tersebut sehingga mendapat sambutan yang positif di media, pemerintah, stakeholders dan masyarakat luas. Ini tidak hanya prestasi yang luar biasa dari profesi PR tetapi juga kebanggaan bagi perusahaan/organisasi untuk mempertahankan citra baik dan membangun relasi komunikasi yang kondusif.

Tentu PR bukan menjadi provokator yang tanpa esensi dalam pembentukan citra perusahaan/organisasi, tetapi juga PR memiliki tanggungjawab moral yang menjawab kebutuhan khalayak sesuai tujuan perusahaan/organisasi. PR harus aktif dalam menyediakan layanan informasi/data, membina relasi eksternal dengan baik dan penghubung (liason) bagi perusahaan/organisasi dengan masyarakat.

4. Keterampilan menulis

Menulis adalah seni mengekspresikan gagasan dan pengalaman terbaik untuk disampaikan kepada khalayak lewat berbagai media, seperti media sosial, siaran pers, public service announcement atau advertorial yang semuanya itu menjadi elemen terpenting yang dimiliki PR. Santun dalam menulis dengan tata bahasa yang baik yang didukung dengan data yang menguatkan sehingga mempermudah publik mempercayainya.

Rajinlah menulis sehingga akan memperkaya ketrampilan menulis seorang PR. Menulis juga diperlukan dalam menyusun laporan (executive summarry) yang padat dan jelas. Menulis juga menjadi jurnal rutin yang menjadi dokumen keberhasilan perusahaan/organisasi. Jurnal menjadi alat ukur perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan/organisasi. Bahkan jurnal pun bisa dimanfaatkan untuk fact sheet yang bisa dilampirkan dalam info kit/siaran pers jika memang diperlukan.

Munculnya perkembangan dunia informasi dan komunikasi maya, maka keterampilan menulis juga menjadi bagian yang memperkaya kualitas dari perusahaan/organisasi. Ini tentu menjadi promosi identitas yang tanpa batas dan luas cakupannya.

5. Kepribadian yang luwes, terbuka dan mampu membangun relasi dengan banyak orang

PR adalah orang yang memiliki pribadi yang luwes dan mampu membangun relasi yang baik dengan banyak orang. PR juga memiliki inisiatif dalam membangun komunikasi dan relasi. PR akan berkontak dengan banyak pihak secara luas dan bekerja sama secara heterogen sehingga dipastikan merupakan pribadi yang ramah, santun dan berjiwa besar dalam menerima kritikan.

6. Kreatif, imajinatif dan unik

Dalam mengkreasikan media sebagai bagian dari produk komunikasi, PR dituntut untuk kreatif sehingga menarik atensi khalayak. PR memiliki daya imajinasi yang luas sehingga berhasil mewakili pesan yang dimaksud. Jangkauan dan target audience diperhitungkan oleh PR sebagai bagian pemilihan media yang tepat. Jadilah PR yang unik, yang menonjolkan sisi-sisi humanis yang berbeda (compelling) sehingga menyentuh dan tepat sasaran. Apalagi jika PR dituntut tidak hanya sekedar membeberkan fakta dan data tetapi juga mempengaruhi opini publik, PR memiliki peluang yang strategis dan berani tampil beda.

Kesimpulan

Meski kemunculan PR berawal dari negara maju di Eropa dan Amerika, namun kini bidang ini diminati di negara berkembang seperti Indonesia. Kini semakin banyak lembaga/perusahaan yang menganggap eksistensi citra perusahaan/organisasi ditentukan oleh profesionalitas PR. Karena opini publik menentukan citra dan kepercayaan bagi kemajuan perusahaan/organisasi. Hambatan melaksanakan fungsi dan peran PR juga kerap terjadi, disini peran PR mampu “membaca” kebutuhan agar tepat sasaran.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s