Tanpa rencana, saya berkunjung ke Pulau Pinang atau ada pula yang menyebutnya Penang. Pulau ini menurut saya semacam wilayah industri dan juga cagar budaya. Bayangkan saja disini, kita bisa menemukan perpaduan budaya India, China, Eropa dan Melayu. Jadi jangan heran jika mudah ditemukan komunitas India dan komunitas China di kota ini. Malah tercatat kota ini memiliki penduduk asal Melayu terendah dibandingkan wilayah lain di Malaysia.
Teman saya juga biasa bolak balik ke Pulau Pinang ini untuk berobat. Konon di sini tersedia fasilitas perawatan kesehatan terbaik juga. Pulau ini juga dikatakan merupakan negeri terkaya dan termaju di Malaysia. Kota utamanya adalah George Town yang juga memiliki bandara international terbesar juga. Entah mengapa mudah juga dijumpai penduduk Indonesia yang sekedar wisata, bekerja dan menetap di Pulau ini. Pemilik Penginapan yang saya tumpangi juga pernah bekerja di Jakarta beberapa puluh tahun yang lalu. Kini ia membuka usaha penginapan di pusat kota.
Saya sengaja memesan penginapan di area heritage yang diakui oleh UNESCO sebagai cagar budaya sehingga saya bisa dengan mudah menemukan lokasi wisata dan kuliner. Berikut ulasannya:
Kuliner
Makanan yang saya jumpai tak ubahnya seperti saya membeli makanan di Jakarta. Kebanyakan makanan yang dijual di area saya menginap adalah makanan perpaduan antara budaya Chinna, India dan Melayu. Silahkan dipilih makanan yang sesuai dengan selera dan kocek anda. Saya mampir ke restoran cina yang letaknya tak jauh dari penginapan (lihat gambar di bawah ini).
(Ini mie sea food. Sumber foto: Dokumen pribadi)
Tips dari saya, anda bisa tanyakan jenis menu dan makanan untuk memastikan sebelum bersantap. Jika pesan es teh manis, katakan anda ingin memesan es teh manis asli. Kadang pramusaji tidak paham dan menyediakan es liang tea atau teh tarik (teh campur susu).
Penginapan
Ada banyak ragam penginapan untuk tinggal di pusat kota. Saya memilih di pusat kota yang letaknya tak jauh dengan lokasi wisata. Harga yang ditawarkan juga bervariasi, ada juga yang murah jika anda mau berbagi kamar dengan orang lain (dormitory). Karena saya berwisata sendiri dan beliau pernah bekerja di Jakarta, Pemilik penginapan memberi saya diskon untuk menginap di kamar single room. Ternyata lokasi saya menginap juga menjadi area berkumpulnya para backpacker dari seluruh dunia sehingga jika malam hari, area ini tak pernah sepi. Area ini dikenal dengan Upper Penang Road, yang juga dikelilingi penginapan, kafe, bar dan restoran.
Tips dari saya, jika ingin murah dan nyaman, anda bisa memilih menginap tanpa sarapan. Anda juga bisa memilih di area seperti yang saya sebutkan tadi sehingga tak perlu mengeluarkan ongkos untuk mengunjungi lokasi wisata lainnya.
Transportasi
(Ini motor sewa. Sumber foto: Dokumen pribadi)
Kota ini memiliki transportasi dengan bis yang nyaman dan aman bagi penumpang. Setibanya di bandara di sini, saya langsung naik bis menuju penginapan padahal saya tiba malam hari. Sempat takut dan cemas, tetapi saya lihat kondisi transportasi di kota ini aman bagi siapa saja. Ada juga taksi jika kita ingin membayar sedikit lebih mahal. Sopir taksi yang saya tumpangi berasal dari India dan sudah menetap lama di kota itu. Oh ya, anda juga bisa menyewa motor juga jika anda ingin berkeliling kota George Town atau ke Batu Feringgi. Tarif sewa motor disini masih terbilang murah. Ada juga becak jika ingin berkeliling dengan jarak dekat. Becak disini berhias loh, sama seperti di Melaka.
Tips dari saya, jika anda ingin naik bis sebaiknya siapkan uang recehan karena berdasarkan pengalaman sangat sulit bagi supir untuk memberikan uang kembalian. Sopir merangkap kernet dan uang biasa dimasukkan di kotak uang samping sopir. Selain itu, sewa motor juga lebih murah sehingga anda bisa berkunjung ke lokasi yang jauh semisal Kuil Kek Lo yang dianggap kuil terbesar se-Asia Tenggara.
Lokasi Wisata
Berikut daftar yang saya kunjungi di Pulau Pinang:
(Gereja Katolik tertua di Pulau Pinang. Sumber foto: Dokumen pribadi)
- Gereja Katolik “Church of Assumption”
Ini adalah lokasi pertama kali saya kunjungi mengingat saya tiba di Sabtu Malam dan saya pergi untuk misa di Gereja ini. Bangunan ini masih terlihat kokoh meski telah dibangun sejak masa kedatangan bangsa Portugis ke pulau ini. Untuk menampung populasi umat katolik yang bertumbuh setiap tahunnya, Gereja ini kemudian diresmikan pada saat Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga. Di halaman gereja, beberapa umat terlihat sedang berdoa di depan Gua Maria. Kebanyakan mereka yang hadir dalam misa pagi itu adalah multi etnis dan memang telah menetap di kota tersebut. Gereja ini juga termasuk cagar budaya yang dilindungi oleh UNESCO.
(Gereja Anglikan yang juga menjadi landmark Kota Pinang. Sumber foto: Dokumen pribadi)
- Gereja Anglikan “St George’s Church”
Tak jauh dari Gereja Katolik “Church of Assumption”, ada Gereja Anglikan yang juga merupakan peninggalan koloni bangsa Eropa yang datang ke pulau ini. Gereja ini dibangun pada tahun 1818 dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. Sayang saya tidak sempat masuk ke dalam karena masih berlangsung misa di dalam.
(Jika anda ingin berkunjung ke dalam, jangan lupa lepaskan alas kaki dan isi buku tamu di awal pintu masuk. Petugas juga dengan ramah untuk menjelaskan jika anda membutuhkan banyak informasi. Sumber foto: Dokumen pribadi)
- Masjid Kapitan Keling
Masjid ini dianggap sebagai Masjid tertua di Pulau Pinang ini dan ternyata dibangun oleh komunitas India yang datang pada abad 18. Semakin bertumbuhnya populasi umat muslim di Pinang ini sehingga masjid ini sempat dipugar untuk menampung umat yang datang. Jadi arsitektur Masjid ini juga dipengaruhi unsur-unsur India.
- Komunitas India: Little India
Di pulau ini, komunitas India juga mengalami pertumbuhan yang pesat hingga mereka memiliki komunitas tersendiri bahkan saya sempat mendatangi berbagai pernak-pernik ala India seperti aksesoris, pakaian dan kebutuhan untuk sembahyang.
- Sri Mahamariamman Temple
Sri Mahamariamman Temple hampir serupa dengan yang saya jumpai di Medan, Sumatera Utara dan juga di Chinnatown di Singapore. Kuil ini merupakan bangunan tertua yang didirikan tahun 1833 seiring dengan bertambahnya penduduk India yang datang untuk berdagang dan menetap di Pulau ini.
- Chinnatown
Lokasi saya menginap juga berada dekat dengan Chinnatown, disini bisa ditemukan bangunan seperti layaknya di Tiongkok. Ada ragam kuliner yang bisa dicoba. Saat saya datang di lokasi ini ada bazaar dan festival untuk sumbangan amal. Ada parade aktraksi barongsai dan berbagai atribut tradisi yang ramai dalam festival ini. Tujuan bazar ini untuk bakti sosial dan disumbangkan.
- Kuil Kek Lo
Awalnya saya tidak tahu nama lokasi ini karena semua hampir ditemukan aksara huruf cina. Saya pergi bersama seorang backpacker lainnya menggunakan motor karena letaknya yang jauh dari pusat kota. Kata teman seperjalanan yang pernah mengunjungi kuil ini sebelumnya, Kuil ini merupakan kuil terbesar di Asia Tenggara. Saya melihat berbagai kelompok yang sedang berdoa khusuk. Dari sini, saya juga bisa melihat pemandangan seluruh kota George Town.
(Pemandangan kota George Town dari atas. Sumber foto: Dokumen pribadi)
- Batu Feringgi
Saya tiba di Batu Feringgi saat malam hari sehingga tak bisa mendokumentasikan apa pun. Saya hanya melihat pantai dengan orang-orang yang sedang ngobrol dan berwisata di bibir pantai. Kebetulan saya datang saat hari libur sehingga banyak keluarga yang datang berwisata ke situ. Di situ juga saya mendapati penginapan dan restoran seperti layaknya lokasi wisata yang berdekatan dengan pantai lainnya.
Berwisata disini memang tidak memerlukan waktu lama untuk mengunjungi berbagai lokasi, di beberapa tempat memang tidak perlu membayar tiket masuk, anda cukup mendaftarkan nama dan asal negara pada buku tamu. Pastinya minim biaya jika ingin berkunjung ke kota ini. Dari sini, anda bisa meneruskan perjalanan ke Thailand Selatan (Hat Yai) dengan menggunakan mini van atau bis yang dapat dipesan pada agen atau minta bantuan petugas penginapan untuk melakukannya.
Sumber bacaan: Berbagai Wikipedia
One thought on “Penang, Malaysia (2): Berkunjung ke George Town”