Ada seorang murid yang datang kepada guru bijaksana. Dia mengeluh tentang beban hidupnya. Menurut si murid, ia sudah tidak tahan lagi.
“Guru, saya merasa hidup ini tidak adil. Beban hidup yang saya pikul terlalu berat, sementara adik saya yang punya pekerjaan mapan terlihat hidup tanpa beban,” keluh si murid. Lalu ia melanjutkan, “Kakak saya pun yang lebih pintar dan lebih kaya juga terlihat tanpa beban hidup. Sedangkan saya harus menanggung dua anak yang masih kecil, isteri yang sedang hamil dan ibu yang sudah renta dengan penghasilan pas-pasan.”
Sang guru termangut-mangut mendengarkan keluhan si murid. Murid pun melanjutkan lagi, “Beban saya terlalu berat. Apa yang mesti saya lakukan?”
Kemudian guru meminta murid membawa dua karung kapas ke kampung sebelah. “Aku akan menunggumu di kampung sebelah,” pesan guru.
Murid pun bergegas membawa dua karung kapas seperti yang diminta guru.
Tak berapa lama, murid sudah mendapati guru di kampung sebelah. Dengan tergopoh-gopoh murid berteriak dari kejauhan, “Guru, saya sudah berhasil.” Dia mendapati guru sedang berdiri mengamati jalan si murid. Guru yang mendengarnya termangut-mangut menerima si murid.
“Baik. Sekarang saya memintamu untuk kembalikan karung-karung kapas ini lagi ke tempat semula tetapi lewat sungai,” perintah guru. Guru pun berjalan kembali pulang meninggalkan murid yang masih bingung menerima perintah yang baru didengarnya.
Guru sudah menunggu dua hari tetapi murid tak nampak. Di hari ketiga, murid jalan terhuyung basah dengan dua karung kapas sedikit kebasahan. Ia nampak berat membawanya, setapak demi setapak mendekati guru.
Tampak guru termangut-mangut menerima karung-karung kapas yang dibawa oleh murid. Guru bersigap menerima penjelasan murid.
“Di hari pertama setelah menghantar kapas ke kampung sebelah, saya langsung menuruti yang diminta guru yakni lewat sungai. Rupanya kapas yang saya bawa bertambah berat melalui sungai. Makin lama kapas di dalam karung membuat saya tenggelam. Lalu saya diam sesaat, mulai berpikir,” cerita murid.
Murid bercerita lagi bahwa dia terus mencoba membawa kapas menyeberangi sungai, namun hasilnya nihil. “Di hari kedua, saya sudah menyerah karena tidak berhasil membawa karung sebagaimana yang guru minta,” katanya lagi.
Ia melanjutkan ceritanya, “Pada akhirnya ketika saya mau menyerah dengan beban kapas dua karung yang harus saya pikul, saya menemukan seorang nelayan dengan sampan kecilnya. Dia yang membawa saya bersama karung – karung kapas ini ke seberang.”
Guru yang mendengar cerita murid, termangut-mangut. Guru dengan bijak berkata, “Kau tidak mungkin mengubah bebanmu tetapi ubahlah caramu berpikir.”