Seorang sahabat mengaku baru saja berhasil mengejar target penjualan yang dicapainya di akhir tahun. Maklumlah pekerjaannya sebagai Marketing Executive menyebabkan ia mesti kerja keras memenuhi target yang sudah ditentukan. Akhirnya, sahabat ini mengundang saya makan malam untuk merayakannya karena berhasil mengejar target.
Lain sahabat lain pula cerita teman maya saya. Dia bertutur bahwa dia merasa dikejar target menikah. Waduh! Dia berjanji Natal 2016 bisa membawa calon suami di hadapan orangtua dan keluarga besarnya. Apa daya dia baru saja putus dengan pacar di bulan sepuluh lalu.
Seorang sahabat bijak berpesan, “Anna, hidup sukses itu cuma dua. Satu mengejar target atau dua dikejar target. Kamu pilih mana?” Saya bingung jawabnya.
Pada pengalaman sahabat yang berhasil mengejar target penjualan terlihat cerminan kebahagiaan. Bahwa dalam memenuhi target penjualan, ada strategi yang harus dimainkan. Bahwa ia harus melalui perjuangan, termasuk rasa malu dilecehkan, kompetisi dengan rekan kerja hingga ditekan oleh sang bos. Bahwa mengejar target itu memerlukan kerja keras, pengorbanan dan tak pantang menyerah. Demikian kesan sahabat saya yang berhasil mengejar target penjualan.
Dia berkata “Tahun lalu saya berhasil menjual lima puluh unit. Tahun 2016 target saya dua kali lipatnya. Ternyata saya berhasil mengejar target tembus seratus unit.”
Lalu saya gali apa rahasianya sehingga berhasil kejar target? Jawabnya dia tahu apa yang menjadi kebutuhannya. Dia butuh kenaikan gaji jika berhasil jual 100 unit. Ini yang membuat dia berhasil menjual produk unitnya.
Kembali ke teman maya yang sedang dikejar target menikah tahun ini. Dia merasa frustrasi, bingung menghadapi orangtua dan keluarga tanpa calon suami.
Saya pun meyakinkan dia, apakah menikah adalah kebutuhannya tahun ini? Jawabnya TIDAK. Oh ya sudah, jika menikah bukan menjadi kebutuhan hanya sekedar keinginan orangtua, wajar jika target belum terpenuhi. Jangan berharap anda mampu mengejar target tanpa dilandasi kebutuhan diri sendiri! Satu hal, menikah adalah kebutuhan atau tidak. Jangan jadikan menikah karena kebutuhan atau keinginan orang lain!
Jika anda butuh punya rumah, pasti anda akan mengejar target agar segera memiliki rumah. Bukan sebaliknya, anda dikejar target punya rumah setelah anda sudah bosan tinggal di rumah orangtua atau sewa rumah.
Jadi biarkan anda merasa apa yang sesungguhnya dibutuhkan lalu tentukan targetnya. Bukan sebaliknya, sehingga yang terjadi target mengejar anda.