Ceko (10): Menjangkau Perbatasan Jerman – Ceko

Area perbatasan di Ceko yang dijadikan kawasan menjual kebutuhan yang murah.

Mata uang Ceko, Korona.

Tak ada angin tak ada hujan, suami saya ajak mampir ke Ceko, salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Jerman. Oke, saya setuju karena tidak perlu berwisata bermalam-malam layaknya ke luar negeri. Hanya sekedar cari tahu saja untuk saya.

Kami berangkat pagi dan sore sudah kembali. Rencana suatu saat di bulan Oktober nanti, kami bisa berkunjung ke ibukotanya Praha.

Di perbatasan sebagaimana saya menjumpai beberapa perbatasan antar negara di Asia, saya menjumpai pasar atau istilahnya jual beli. Saya suka karena bisa mengamati budaya lokal untuk bertransaksi, karena harganya bisa ditawar. Ada juga supermarket atau toko yang menjual sembako, parfum, pakaian atau yang lain dengan klaim bebas pajak. Misal, waktu saya berada di perbatasan Thailand-Kamboja, ada mall perbatasan yang klaim bebas pajak juga. 

Di area perbatasan, tempat jual barang-barang murah saya temukan penjual adalah orang asal Vietnam. Ada beberapa lapak yang luas untuk menjual tas, pakaian, sepatu hingga perabotan dan juga makanan di sini. Selain itu mereka menjual rokok dan aneka minuman. Katanya sih harga lebih murah di negeri yang pernah bersatu dengan Slowakia itu. 

Saya beli beberapa barang, memang harganya jauh lebih murah. Penjual menerima mata uang Euro, meski harga yang tertera bisa dalam mata uang Euro atau Korona, mata uang Ceko. Semisal barang yang dijual di Jerman 8€, di sini bisa 5€ atau harga bensin juga lebih murah di sini. 

Di wilayah perbatasan yang dijadikan kawasan niaga ini juga, saya bertemu komunitas asal Vietnam yang menjadi penjual barang-barang di sini. Mereka para penjual asal Vietnam, menebak saya dari Filipina atau Thailand. Asyik main tebak-tebakan, karena salah saya minta mereka turunkan harga. 

Dua orang perempuan yang saya beli barang dagangannya menuturkan mereka tiba di situ kira-kira 15 tahun yang lalu. Dalam bertransaksi mereka lumayan fasih bahasa Jerman loh. Meski saya tidak cek, apakah mereka juga fasih bahasa lokal alias bahasa Ceko?

Pedagang siap menerima uang Euro. Saya bercengkerama sebentar karena pernah wisata ke Ho Chi Minh City, sementara mereka mengaku dari Vietnam Utara, dekat dengan Kota Hanoi. Bagaimana mereka bisa bertahan dan memutuskan tinggal di situ? Lagi-lagi sejarah masa lampau negara-negara tersebut.

Di perbatasan saya temukan juga wisata malam, cuma saya dan suami datang siang sehingga tidak menyaksikan bagaimana gemerlapnya tempat itu. Anda tahu ‘kan? Ada kasino, ada diskotik atau night club. 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s