Alami 7 Tahun Dalam Kesialan, Jika Lakukan Ini

Suatu kali saya dan teman baik saya, orang Jerman janji bertemu di kafe. Saya menyetujui untuk bertemu karena sudah lama tidak bertemu. Dulu bertetangga baik, sekarang kami berjauhan rumahnya. Beda budaya tidak masalah, itu prinsip saya namun saling menghargai satu sama lain. Saya kadang dapat banyak inspirasi cerita yang bisa dituliskan dari berteman. Itu sebab saya suka berteman dengan mereka dari berbagai negara.

Di depan kafe, saya menunggu dia datang. Lima menit sebelum rencana pertemuan, dia sudah di depan kafe. Kami cipika-cipiki atau melakukan ‘Bussi Gesselchaft‘ layaknya sahabat yang lama tak bertemu. Kemudian kami memasuki kafe dan menentukan tempat duduk.

Saat menuju posisi duduk yang dimaksud, tangan saya ditarik. “Warum?” Saya tanya mengapa tangan saya ditarik. “Das ist kein gehweg.” Katanya ini bukan jalan, lalu saya diajaknya menuju jalan gang lain ke posisi duduk yang dimaksud. Apa yang terjadi?

Rupanya saya terlalu antusias menuju tempat duduk dan mengabaikan bahwa ada orang yang sedang memperbaiki lampu di langit-langit kafe dengan menggunakan tangga. Anda tahu tangga yang dimaksud seperti segitiga dan ada ruang lowong di tengahnya. Saya berpikir saya akan bisa tetap berjalan di tengah tangga yang lowong itu. Normal saja kan?

Saya memang tidak memahami mitos atau takhayul. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tak lepas dari mitos. Misal di Jerman ada kebiasaan yang juga berkembang karena kepercayaan misalnya tentang perkawinan. Atau mitos memecahkan porselen dan sebagainya. Begitu pun yang terjadi saat saya akan melewati di tengah tangga yang lowong. Apa lagi ya takhayul yang berkembang?

Teman saya ini bercerita, bahwa dua puluh tahun lalu usaha restoran yang ditekuninya bangkrut. Dia punya hutang bank yang harus dibayar setiap bulan hingga beberapa tahun lamanya. Belum selesai masalahnya, dia diceraikan dan ditinggalkan oleh mantan suaminya. Dia putus asa mengatasi hidup hingga seseorang menawari pekerjaan. Dia bekerja di suatu perusahaan jasa namun hanya bertahan setahun. Dia dipecat dari perusahaannya. Lalu dia merenungi hidup setelah berbagai cobaan datang padanya.

Sambil menikmati kopi dan kue yang tersaji, dia bercerita tentang masa lalunya. Saya mengenalnya sebagai perempuan tangguh yang sudah berkeluarga dan punya suami serta dua anak yang bahagia. Pantas saja dia masih mengenakan nama keluarga yang berbeda dengan suaminya sekarang. Rupanya karena masa lalunya itu. Saya mengenal dia dengan baik saat dulu masih bertetangga dan suka mengobrol di sela-sela waktu lowong. Karena saya suka bercerita dan sepertinya dia juga senang bercerita maka kami klop sebagai teman, apalagi dia bisa berbahasa Inggris. Jadi terkadang dia membantu saya berbahasa Jerman.

Pengalaman dua puluh tahun lalu dalam kesialan berturut-turut menurut dia karena dia pernah melakukan kesalahan. Dia pernah melewati lowong tangga kala seorang karyawan di restorannya memperbaiki lampu di langit-langit. Seharusnya dia menunggu atau melewati jalur lain. Dia mengatakan selama kurang lebih tujuh tahun dia melalui badai kehidupan, namun menurut dia itu adalah nasib buruk atau kesialan.

Awalnya saya tidak mempercayai bahwa bangsa maju seperti Jerman masih ada keyakinan takhayul seperti itu. Namun siapa sangka bahwa seseorang pernah melanggar mitos itu dan mengkaitkan pengalaman hidup. Boleh percaya, boleh juga tidak percaya.

Perlu ada moral of story sepertinya. Setelah saya bercerita tentang takhayul itu pada suami, dia malahan tidak tahu tentang itu. Dengan bijak suami saya mengatakan bahwa hidup itu tidak selalu berjalan maju seperti yang diinginkan. Ada kala hidup bisa berjalan mundur atau berputar arah untuk mencapai yang dibutuhkan. Sepakat!

Ada pendapat?

8 thoughts on “Alami 7 Tahun Dalam Kesialan, Jika Lakukan Ini

  1. Hmm.. kalo saya tidak percaya takhayul tapi lebih kepada takdir 😅.. Dramatis abis bacanya, kaya nonton diserial drama. Banyak punya cerita ya liwunfamily..

    Kalo boleh kasi masukan mungkin bisa pergi ketempat pribadatan untuk missnya 😊

    Liked by 1 person

Leave a comment