Bersyukurlah jika kekurangan itu adalah kelebihan! Kok bisa??? Mungkin anda bertanya, mengapa bisa demikian?
Kini sudah mulai dikembangkan konsep minimalis, segalanya tidak berlebihan. Rumah minimalis, apartemen yang kecil. Mobil minimalis sehingga mudah untuk parkir. Konsep minimalis kabarnya mendatangkan hidup yang sederhana.
Jika mencontoh gaya minimalis misalnya gaya berpakaian para public figure yang terkesan itu-itu saja, misal Bunda Teresa, Mahatma Gandhi atau Stevie Jobs sekali pun. Mereka saja yang tampil apa adanya tidak pernah merasa repot dengan berpakaian yang sama, model dan warnanya.
Suatu kali saya coba ikuti gaya minimalis. Jadi saya pun mengenakan pakaian yang sama selama lima hari kerja. Saya pikir musim dingin seperti sekarang, lebih banyak mengenakan jaket dan pakaian tebal sehingga pakaian saya yang utama tidak kotor. Lagipula saya senang warnanya, entah mengapa saya merasa memiliki mood yang baik dan senang saja dengan pakaian itu. Berlebihan mungkin!
Dua orang teman saya yang perempuan memperhatikan saya di kelas. Lalu mereka berpendapat, mengapa saya berpakaian yang sama. Mereka menduga pakaian saya sedikit. Bagi saya tidak masalah dengan sapaan mereka, mungkin mereka selalu memperhatikan penampilan saya. Atau mereka ingin membelikan saya pakaian baru, entahlah! Pastinya saya memang meninggalkan semua pakaian saya di Indonesia, membawa yang perlu saja dan membeli semua pakaian baru di sini.
Sebenarnya poinnya bukan soal berpakaian, namun cara pandang. Saya berpikir, hidup itu sudah susah sehingga tidak perlu disusahkan dengan pemikiran orang lain sepanjang kita nyaman jadi diri sendiri. Karena saya sering berpindah-pindah, saya jadi menyukai segalanya yang simple, tidak banyak barang dan berlebihan dalam kepemilikan barang. Setiap pindah tempat, saya hanya membawa yang penting saja dan sisanya diberikan kepada orang lain.
Ternyata saya menikmati itu dan terkesan sederhana. Ada yang bilang itu konsep hidup minimalis yang sedang kekinian, namun saya tidak mengikuti gaya hidup orang lain. Saya hanya berpikir bahwa memiliki “kekurangan” barang dalam hidup membuat saya tidak repot dengan pernak-pernik untuk membawanya saat pindah, atau mengurus dan memeliharanya dengan baik.
Bukankah saat kita memiliki sesuatu maka kita perlu merawat, mengurus dan memeliharanya dengan baik?
Jika ada sesuatu yang ingin saya miliki, namun saya sudah berjuang dan tidak mendapatkannya maka saya berpikir mungkin itu lebih baik buat saya. Segalanya yang kurang itu bisa membuat kelebihan juga. Kita lebih bersyukur atas apa yang kita punya. Kita tidak repot dengan segalanya dan menjadi lebih sederhana dalam hidup.
Percaya deh, kepemilikan yang sederhana akan membuat saya ringan melangkah kemana pun saya suka. Itu sebab saya mengatakan bahwa berbahagialah jika kekurangan itu bisa mendatangkan kelebihan.
Anda sendiri bagaimana?
hal tersebut membutuhkan kualitas mental yang kuat.
Karena yang terberat adalah cemoohan orang lain ya mbak.
karena di sini (kota saya) sederhana means gembel kan? Padahal tidak demikian.
Ketika melihat orang yang sederhana mereka akan mengatakan “iih…”
LikeLiked by 1 person
Sepakat, awalnya pasti tak mudah. Itu hasil praktik sendiri. Namun ternyata yang tidak “sederhana” adalah pikiran kita, tidak hanya gaya hidup saja. Menurut saya, bisa dimulai dengan pikiran yang sederhana, tidak merumitkan atau melebihkan apa pun pendapat orang. Setelah itu, coba hal sederhana lainnya😉
LikeLike
Kalau di kampung.. tidak akan bisa seperti itu, kecuali secara berkelompok mengubah mindset , jika berhasil maka kelompok yang lain bisa meniru. Dan sederhana bukan lagi sebuah kata hina
LikeLiked by 1 person