Museumsdorf Bayerischer Wald (4): Religiusitas Masyarakat Bavaria di Masa Lalu

Di beberapa rumah di wilayah pedesaaan ditemukan berbagai kapel sederhana yang memudahkan warga berdoa.
Di museum ini diletakkan satu bagian yang mengumpulkan benda-benda rohani di masa lalu. Salib selalu dipajang di sudut ruangan di rumah dan berbagai bangunan di masa lalu.
Salah satu isi kapel sederhana di wilayah penduduk Bavaria di masa lalu.

Museum yang saya kunjungi beberapa waktu lalu memperlihatkan tentang kehidupan masyarakat Bavaria, Jerman di masa lalu. Saya menuliskannya menjadi beberapa bagian agar lebih spesifik menjelaskannya. Ulasan terakhir adalah tentang kehidupan beragama di Bavaria. Jika anda berkunjung ke Bavaria, ada banyak bangunan Gereja Katolik mendominasi dibandingkan bangunan ibadah lainnya. Pasalnya sudah sejak berabad-abad lalu Bavaria memang kental dengan keyakinan dan tradisi gereja katolik.

Pada abad pertengahan sekitar abad 17 dan abad 18 Jerman, yang dikenal Prusia membentuk kekaisaran monarki. Namun wilayah Bavaria yang banyak menganut katolik lebih memilih untuk membentuk kewenangan dan menjadi kerajaan tersendiri, yang masuk dalam kekaisaran Prusia masa itu. Pada tahun 1825 – 1848 Bavaria dipimpin oleh Raja Ludwig I. Sejarahnya bisa terlihat dalam link di sini. Bavaria tidak ingin didominasi oleh Protestan masa itu. Ini sudah membuktikan Bavaria sudah identik dengan katolik sejak dulu.

Baca https://liwunfamily.com/2018/06/10/walhala-di-jerman-jangan-pernah-lupakan-sejarah/

Terbentuknya kerajaan Bavaria menyebabkan masyarakatnya memiliki identitas dan kultur yang berbeda, bahkan mereka menganggap diri sebagai Bayerisch, bukan Deutsche.Bangunan gereja katolik dengan gaya arsitekturnya di Bavaria sudah pernah saya bahas di link di bawah ini:

Selain itu di museum yang saya kunjungi, ada satu bagian yang memperlihatkan tentang kehidupan religius masyarakat masa lalu. Mulai dari benda-benda rohani hingga informasi seputar keyakinan beragama.

Sebagai contoh mereka menempatkan patung Santo Johannes Nepomuk atau Johannes von Pomuk di dekat jembatan penghubung sungai karena diyakini memberikan berkat. Riwayat orang kudus ini dikarenakan, santo Johannes Nepomuk dibunuh dengan cara ditenggelamkan ke sungai. Karena kesalehan hidupnya empat abad setelah kelahirannya, ia dinyatakan orang kudus. Itu sebab patungnya diletakkan di dekat di jembatan atau sungai di sini.

Patung santo Johannes Nepomuk dengan bentuk sudah tidak utuh dan indah lagi yang ditemukan di salah satu jembatan dekat sungai.
Kapel sederhana ini dibangun tahun 1826 di salah satu pedesaan.
Salah satu tugu batu yang mengingatkan tentang wabah pes yang ditemukan di salah satu wilayah penduduk.

Jika anda melihat rumah dan bangunan di sini selalu dilengkapi salib. Di rumah salib dipasang di sudut ruangan. Di wilayah pedesaan di Bavaria juga masih terdapat kapel kecil sederhana yang terbuat dari kayu. Ini memudahkan masyarakat untuk berdoa dan dekat dengan Tuhan. Ada juga kapel atau ruang doa yang tak besar dibangun di wilayah pertanian. Selain itu di jalan-jalan di pedesaan juga kerap dijumpai tugu batu yang diletakkan benda-benda rohani.

Mengapa dibangun tugu batu ini? Konon ini mengingatkan orang untuk dekat dengan Sang Pencipta. Selain itu, bahwa dulu pernah terjadi wabah penyakit yang mematikan. Tugu batu ini sebagai peringatan agar tidak terjadi lagi masa suram itu.

Pada abad pertengahan Eropa dilanda wabah penyakit pes yang sangat mematikan. Ribuan orang mati dan tidak bisa memiliki perawatan secara optimal. Penyakit ini membunuh hampir dua per tiga masyarakat kala itu. Itu sebab mereka menjulukinya “Black Death” karena penyebarannya sangat cepat melalui udara dari korban yang sudah meninggal. Banyak orang kala itu menutup diri karena khawatir bersentuhan dengan wabah penyakit ini. Periode suram di Eropa sudah terjadi pada abad 14. Namun kembali wabah penyakit ini melanda lagi pada abad 17 di Jerman. Ada yang menyebut masa suram wabah penyakit pada abad 17 dan abad 18 di Eropa disebut “Great Plague”. Di Jerman sendiri bahkan sampai ada kuburan massal karena begitu banyak korban meninggal.

Namun sebenarnya korban terbanyak dari penyakit ini adalah para biarawan-biarawati. Pasalnya tidak ada lagi keluarga atau orang yang mau merawat orang yang menjadi korban penyakit ini. Bahkan mereka dibiarkan meninggal tanpa mendapat perawatan dan penghormatan. Hanya biarawan-biarawati dari gereja yang diutus untuk merawat hingga memakamkannya bila sudah meninggal.

Begitulah kehidupan religius yang saya lihat di museum ini. Semoga bermanfaat!

Semangat Senin!

14 thoughts on “Museumsdorf Bayerischer Wald (4): Religiusitas Masyarakat Bavaria di Masa Lalu

  1. Thanks    for accepting and following my blog.

    I’m available to read your post at my convenient time.

    You have such an interesting topic I will love to read in
    your blog.

    I still remain  the simple blogger…..

    #PATRICKSTORIES
    Peace ✌and Love ❤

    Like

    1. Semangat, Kak!
      Masa lalu, sejarah adalah hal-hal baik yang bisa kita jadikan pelajaran. Karena kadang, kejadian dimasa lalu itu ada sangkut pautnya juga dengan masa sekarang. Manusia itu unik, meskipun tubuhnya berevolusi, tapi perilakunya masih sama seperti dulu. Kesalahan yang lalu kadang terus terulang terjadi pada masa sekarang. Makanya orang kadang bilang, sejarah terulang kembali wkwkwkwk

      loo…ini kok malah ceramh…(Maafkan….)

      Liked by 1 person

Leave a comment