Vietnamese iced coffee adalah salah satu minuman umum yang biasa saya pesan saat masih di Indonesia dulu. Meski berasal dari Vietnam tetapi minuman ini cukup populer sebagai bagian dari gaya hidup orang-orang Jakarta yang suka nongkrong dan mencoba hal-hal baru dalam urusan minuman kopi. Saya kerap menjumpai dan memesan minuman ini tidak hanya di kafe dan kedai kopi. Itu artinya minuman ini cukup digemari dan diterima pencinta kuliner di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya.
Saat masih di Indonesia, saya suka memesan es kopi vietnam. Suami saya sudah tahu bentuk dan penyajian minuman ini, yang menurutnya ‘ajaib’ karena pakai es batu. Kopi panas kok pakai es batu? Itu pemikiran suami. Meski saya pernah ke Vietnam nyatanya es kopi vietnam, saya kenal justru di Jakarta. Entah kenapa saya suka dan sering memesannya saat nongkrong di Jakarta.
Menurut saya, kopi di Vietnam paling banyak jenis robusta. Apalagi para petani pun banyak yang mendulang penghasilan dari perkebunan kopi asal Vietnam ini. Kemudian kedatangan bangsa Perancis memberikan arti dalam kuliner Vietnam. Salah satunya adalah memberi variasi kopi dengan susu krim yang akhirnya dikenal jadi kopi vietnam hingga sekarang.
Baru-baru ini saya menemukan kopi vietnam dalam daftar menu saat saya dan suami hendak makan di restoran Vietnam di Jerman. Ini pertama kali bagi saya mencicipi es kopi vietnam lagi. Setelah saya membaca penjelasan kopi vietnam, maka saya yakin penyajian dan bentuknya pun tak ubahnya seperti yang sering saya pesan di Jakarta. Saya pun langsung memesan yang dingin alias pakai es.
Selang beberapa menit, pesanan saya pun datang. Dari penampilan kopi vietnam yang dibawakan, kami menduga ini pastinya sama seperti di Jakarta. Tetapi tunggu! Saya belum mendapatkan esnya. Bagaimana mungkin saya meminumnya tanpa es? ‘Kan saya pesan yang dingin, bukan panas. Saya lihat pramusaji masih tampak sibuk melayani tamu yang lain.
Saya pun tidak ingin meminumnya sampai saya mendapatkan es batu. Itu sama gayanya seperti biasa yang saya pesan di Jakarta. Kopi dibiarkan tersaring dalam gelas yang sudah berisi susu. Ini persis sama, namun sekali lagi saya memesan es kopi vietnam. Penasaran saya tanyakan ke pramusaji, dimana es batu yang seharusnya saya dapatkan?
Dia paham bahwa saya sudah memesan kopi vietnam yang dingin. Itu sebab dia masukkan susu dingin ke dalam gelas. Sementara jika kopi vietnam saja maka tak ada susu dingin. Cara penyajian kopi pun tetap sama. Kopi dibiarkan tersaring sedikit demi sedikit.
Menurut pemilik restoran, gaya saya meminum es kopi berbeda. Lalu dia pun menyelidiki darimana saya tahu soal es kopi vietnam. Setelah panjang lebar kami ngobrol sebentar dengan pemilik restoran, akhirnya kami tahu bahwa gaya minum kopi kebanyakan orang Jerman itu tanpa susu dan tanpa es batu. Jika ingin es kopi, kedai kafe atau restoran di Jerman memasukkan es krim rasa vanilla dan menambahkan setengah kopi yang sudah dingin ke dalam gelas kemudian dicampurkan menjadi satu.
Di Indonesia, kita mengenal kopi dengan susu. Di Jerman, jika peminum kopi tak ingin terlalu kental kopinya, mereka bisa memilihnya dari kemasan kopi mulai dari yang paling kuat hingga ringan kadar kafeinnya. Anda juga bisa memilih kopi tanpa kafein di sini. Atau saat memesan kopi di kafe, mereka bisa menambahkan kaffesahne, yakni krim untuk kopi. Cara lain juga bisa menggunakan susu cair rendah lemak.
Es kopi vietnam yang saya kenal di Jakarta rupanya berbeda dengan yang saya temukan di sini. Mereka tidak terbiasa menyajikan kopi dengan es batu. Pastinya orang Jerman percaya kopi terbaik disajikan saat panas.
Es kopi ala Jerman bisa dilihat di sini.
Vietnamese Iced coffee is so yummy. I make it quite often in the summers.
LikeLiked by 1 person
Rupanya kopi sudah menjadi lifestyle juga bagi orang-orang di kota. Sementara di desa-desa menjadi tradisi.. 😊✌
LikeLiked by 1 person
Sepakat☕
LikeLiked by 1 person
Saya taunya kopi es susu.hehehe…
Blend kopi di mal mal yg pake es gt..
LikeLiked by 1 person