Gado-gado: Begini Penampakannya Bila Si Pembuat Bukan Orang Indonesia

Makanan adalah kenangan. Begitu yang dikatakan seorang teman asal Barcelona, Spanyol yang pernah berkunjung ke Indonesia. Ia terkenang akan gado-gado yakni makanan khas Indonesia yang pernah dinikmatinya. Hingga kami berkenalan di Jerman dan dia mengenal saya dari Indonesia maka ia pun berpikir agar saya bisa membuatkan gado-gado untuknya.

Saya tidak pernah membuat gado-gado tetapi saya suka sekali makan gado-gado. Gado-gado itu paling nikmat jika dibuat langsung setelah kita memesannya. Lalu kemudian diuleg dengan jumlah cabai yang dikehendaki, ditambah terasi, gula merah dan garam. Selanjutnya adalah segenggam kacang tanah yang sudah digoreng dan ditambahkan air asam jawa untuk membuat saus kacangnya.

Meski hanya sekedar sayuran yang direbus dan ditambah tahu tempe namun nikmatnya gado-gado memang tak terkalahkan. Menyantap gado-gado dengan nasi putih atau lontong sudah membuat saya kenyang dan bergizi pula. Saya jadi rindu makan gado-gado.

Kerinduan saya akhirnya terjawab ketika teman asal Spanyol ini menunjukkan kedai makanan Asia. Kedai ini dikelola oleh pemuda Jerman yang masih mahasiswa. Pegawainya pun masih mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Makanan yang disajikan di sini memang selera Asia namun tidak benar-benar asli seperti yang biasa kita kenal. Si pemilik kedai yang ahli masak, memiliki kreativitas untuk meraciknya, termasuk gado-gado yang kita kenal selama ini di Indonesia.

Saat saya memesan gado-gado memang tidak ditangani langsung dengan si pemilik, hanya pegawainya saja. Saya tidak punya kesempatan untuk bertanya dan menggali lebih jauh soal gado-gado buatannya. Karena si pegawai hanya menyajikan nama makanan sesuai petunjuk si pemilik. Gado-gado dibuat sekitar lima menit. Beberapa orang bukan Asia pun sama-sama memesan gado-gado seperti saya.

Gado-gado menjadi pilihan mereka di sini karena ini makanan yang menyehatkan. Isinya adalah sayuran dan tak banyak bumbu digunakan. Hanya sambal kacang saja, yang dibuat terpisah dan bisa digunakan sesuai selera pemesan. Sambal kacang pun tak berbau terasi. Tak ada kerupuk. Hanya saja saya menemukan tahu yang sudah digoreng dan kentang yang direbus. Tak ada nasi putih untuk menikmatinya.

Awalnya saya ragu, apakah saya cukup kenyang dengan makanan ini saja? Saya berpikir ada nasi untuk menikmatinya. Saya cukup menikmati kentang rebus dan telur rebus yang dijadikan satu sajian. Sisanya adalah sayuran yang mungkin tidak pernah dijumpai pada gado-gado umumnya. Bayangkan ada kol merah, kacang polong, daun mint dan daun ketumbar. Untuk menikmatinya, ada saus kacang. Jika sambal kacang menggunakan cabai dan terasi, ini tidak.

Begitulah penampakan gado-gado buatan orang di sini, alias bukan orang Indonesia. Namun pelajaran yang dipetik adalah bahwa makanan Indonesia sudah mulai dikenal dunia. Kuliner Indonesia tidak hanya nasi goreng dan bakmi goreng saja yang biasa dijumpai di kedai Asia, kini mereka juga mengenal gado-gado.

14 thoughts on “Gado-gado: Begini Penampakannya Bila Si Pembuat Bukan Orang Indonesia

    1. Ada lah, masak gak ada sih dek. Cuma gado-gado yg aku tulis itu kreasi orang sini, jadi dia pake kentang gitu, daun mint, kacang polong, yah gt deh, kayak salad pake selai kacang

      Like

  1. Salam, Mbak. Setelah baca tulisan di atas saya jadi teringat akan pengalaman saya mencoba “serve” salad khas Indonesia ini ke teman orang Jordania. Bumbu kacang asli sprt yang biasa kita makan emang sepertinya kurang cocok di lidah mereka. Mungkin blm terbiasa dgn aroma terasi (padahal disitu letak nikmatnya yah). 😁

    Liked by 1 person

Leave a comment