



Ada hal menarik saat kami sedang menuju central market di Ljubljana, kami melewati aneka karya seni. Sebetulnya jembatan yang kami lalui disebut “the butcher bridge” atau dalam bahasa Indonesia dikenal “jembatan jagal”. Namanya begitu menyeramkan, karena dahulu di sini adalah tempat berjualan daging. Apalagi tempat ini sendiri tak jauh dari central market.
Jembatan jagal sudah lama direncanakan sebelum pecah perang dunia kedua. Bahkan jembatan tersebut sudah memiliki rencana desain dan pengembangannya. Ide rancangan jembatan oleh Jože Plečnik. Sayangnya rencana pembangunan jembatan tidak terealisasikan dengan baik.
Setelah lima puluh tahun kemudian, ada usulan untuk membangun kembali jembatan di dekat central market. Ada yang meminta untuk membangun jembatan lebih moderen. Sementara yang lain, mereka meminta ide jembatan lama untuk terus dilanjutkan. Alhasil selama lebih dari lima puluh tahun, ada tempat kosong di tengah Ljubljana Central Market karena jembatan yang dimaksudkan belum juga dibangun.



Pada tahun 1990-an, usulan untuk membangun jembatan yang dirancang proyeknya oleh Plečnik di Central Market Ljubljana harus diwujudkan. Beberapa mengusulkan bahwa jembatan harus dibangun sesuai dengan rencana awal, sementara yang lain menyarankan bahwa jembatan modern harus dibangun. Alhasil baru tahun 2010 jembatan ini berhasil terealisasi dengan baik.
Ada karya arsitek dan perupa asal Slovenia yang membentuk “the butcher bridge” tampak semakin mempesona. Sampai sekarang saya pun bingung bentuk patung-patung yang tampak tak menarik, berwajah menyeramkan dan tampak tak sempurna. Namun bagi penyuka seni, bisa jadi patung-patung itu bernilai artistik tinggi. Saya berpikir apakah patung-patung ini masih berkaitan dengan asal tempatnya yang semula sebagai tempat pemotongan dan penjualan daging.
Setelah jembatan dibuka, banyak pasangan muda memanfaatkannya untuk menempatkan gembok cinta di situ. Gembok cinta bertuliskan inisal nama mereka dan diikatkan di jembatan jagal. Akhirnya jembatan ini pun semakin dikenal sebagai jembatan penuh cinta, bukan lagi jembatan jagal.
Karena antusiasme orang datang ke jembatan ini, tumbuhlah kafe dan restoran di situ. Banyak orang datang menikmati pemandangan di sekitar sungai sembari mengamati berbagai pasangan mengikatkan cinta mereka di jembatan. Tak perlu khawatir, jika tidak bawa gembok. Di sekitar situ ada toko suvenir yang juga menjual gembok cinta.
wow
LikeLike
It would be very interesting to find out who first started the tradition of attacking locks to bridges.
LikeLiked by 1 person
I’ve interviewed my tour guide when I was been there. She said that the teenagers or young couples made it. So now this bridge becomes popular als love locked bridge than the butcher bridge. Thanks Tanja to stopping by😊
LikeLiked by 1 person
03003127036
LikeLike
Hi
LikeLike