Antibiotik Perlu Resep Dokter bila Berada di Jerman

Suatu kali saya sedang berlibur di negara tetangga, Austria. Cuaca yang begitu dingin dan diiringi salju mendorong saya ingin makan mie rebus. Saya pun memesannya di kedai makanan asia. Mungkin kondisi badan yang tidak fit juga kemudian saya mengalami radang tenggorokan. Saya merasa tak nyaman terutama untuk menelan. Gairah makan pun menurun karena radang tenggorokan yang saya alami.

Di Jerman dan Austria sedang libur sehingga saya putuskan untuk menunggu satu hari lagi dimana kondisi perekonomian dan bisnis kembali buka. Saya pikir jika saya mengalami radang tenggorokan di Jakarta maka saya biasa membeli satu obat di apotik. Itu mudah dan saya pun berpikir hal yang sama hingga apotik buka seperti pada umumnya.

Di sini tiap apotik dilengkapi apoteker yang punya pengetahuan baik soal obat-obatan. Sekolah apoteker di Jerman pun tak mudah karena butuh waktu lama untuk menyelesaikan kelulusannya. Itu pendapat seorang teman asal Indonesia yang berlatarbelakang sekolah apoteker di Indonesia dan memutuskan tinggal di Jerman karena menikah. Dia pun urung bisa bekerja di Jerman karena persyaratan yang tak mudah juga untuk kerja di apotik di Jerman.

Saya dilayani seorang apoteker. Awalnya apoteker menanyakan obat apa yang dicari. Kemudian dia bertanya keluhan dari sakit si pembeli. Setelah itu, ada dialog antara pembeli dan apoteker tentang rasa sakit yang dialami.

Teman saya pernah harus mengisi formulir tertentu bilamana ada yang diperlukan. Waktu itu, teman saya ingin membeli obat pil anti hamil. Karena dia tidak bisa berbicara bahasa Jerman, hanya bahasa Inggris akhirnya dia pun mengajak saya ikut serta. Saya pun menjadi alih bahasa untuk teman saya saat apoteker bertanya beberapa hal sesuai formulir yang harus ditandatangani. Di situ saya jadi paham bahwa tugas apoter itu tidak mudah juga.

Setelah mendengarkan keluhan pembeli obat, apoteker memberikan rekomendasi obat berdasarkan harga, cara penggunaan obat hingga cara kerja obat yang langsung/instan atau perlu waktu. Saya menerangkan bahwa saya butuh obat yang biasa saya beli di Jakarta. Saya tunjukkan gambarnya yang saya dapat dari internet. Kemudian saya pun mendapatkan pencerahan.

Pertama, antibiotik itu diberikan hanya atas saran dokter dan bilamana perlu. Artinya, obat yang saya minta itu adalah antibiotik. Itu berarti perlu resep. Antibiotik tidak dijual sembarangan di Austria dan Jerman.

Pengalaman berobat di Jerman juga pernah saya tuliskan di sini, sebagai informasi juga.

Awalnya saya berpikir bahwa influenza atau flu disebabkan oleh bakteri, padahal penyebabnya adalah virus. Saat sakit flu, memang bukan diberi antibiotik tetapi antivirus sebenarnya. Kesalahpahaman ini biasa juga ditemukan pada orang awam seperti saya. Di negara seperti Jerman dan Austria misalnya, tidak disarankan pembeli mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter.

Kembali ke soal saya membeli obat di apotik, kedua bahwa tidak semua sakit itu perlu antibiotik. Terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik maka tubuh jadi resisten.

Kabar baiknya juga, antibiotik di sini dikemas dengan aneka rasa seperti yang pernah saya dapatkan. Ini bisa dinikmati seperti permen. Tidak ada alasan lagi bahwa minum obat itu pahit. Bahkan permen antibiotik yang dikonsumsi bisa juga bebas kandungan gula. Kemajuan pengobatan di sini patut diacungi jempol.

Saya pun membeli salah satu obat yang disarankan yakni semacam permen yang bisa dikonsumsi empat kali dalam sehari. Puji Tuhan, kondisi saya membaik. Setelah itu, saya pun paham bahwa mengkonsumsi obat itu perlu banyak pertimbangan.

Lain negara, lain kebijakan. Dan mencegah dengan hidup sehat lebih penting daripada mengkonsumsi obat-obatan.

Advertisement

2 thoughts on “Antibiotik Perlu Resep Dokter bila Berada di Jerman

  1. Aku sudah lama menerapkan mengurangi pemakaian antibiotik bahkan nyaris tidak pakai antibiotik. Kalau anak sakit saya lebih cenderung memberi suplemen/ vitamin. Walaupun resikonya saya sering dianggap mengada-ada oleh teman melihat cara saya menangani anak/diri sendiri kalau tidak fit.

    Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s