
Saya tumbuh dengan keluarga yang sering makan ikan ketimbang daging. Ayah saya yang dilahirkan di wilayah perairan telah memberi saya inspirasi untuk makan ikan lebih sering. Saya pun terbiasa makan ikan sejak saya masih anak-anak. Ibu saya pun terbiasa pula menyiapkannya di rumah. Ibu saya pandai sekali mengolah ikan menjadi menu yang lezat. Tentu ikan pun disantap bersama nasi hangat sudah cukup nikmat buat saya.

Namun, apa jadinya jika makan ikan tanpa nasi?

Awalnya saya sempat protes dan tak berselera melihat ikan bakar atau aneka menu ikan yang diolah di Jerman disantap tidak dengan nasi. Mungkin makan ikan dengan nasi bisa ditemukan di restoran Asia tetapi tidak dalam kuliner lokal. Rasa aneh makan ikan tanpa nasi pun saya harus lewati.

Di wilayah tempat tinggal saya sulit sekali menemukan ikan segar. Saya pun terbiasa membeli ikan yang sudah siap disantap ketimbang memasaknya di rumah. Misalnya ikan salmon diberi tepung dan digoreng. Itu pun disantap dengan kentang rebus.
Sensasi makan ikan tanpa nasi lainnya yang sering saya temukan adalah saat festival. Festival yang dimaksudkan adalah acara rutin yang digelar tiap kota seperti Oktoberfest selama beberapa hari yang mengundang antusiasme warga lokal untuk bergembira, makan, minum dan penuh hiburan. Berbagai gerai kuliner pun turut serta dijajakan di festival ini, salah satunya adalah menu ikan bakar.
Ikan bakar dijual dengan per gram sekian Euro. Satu potong ikan makarel bisa bervariasi harganya tergantung timbangan per gram. Ada harga sekitar 16€ sampai 25€ untuk satu ekor ikan. Ikan juga biasanya dipanggang dalam oven mesin dan ikan pun dibungkus dengan tepung untuk melindungi kulitnya agar bisa dikonsumsi. Menariknya, ikan di sini tanpa duri atau duri ikan begitu mudah dibuang. Jadi tiada keraguan makan ikan di Jerman dengan durinya yang mengganggu.
Makan ikan pun tetap asyik meski tanpa nasi. Bagaimana pun ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi dan menyehatkan pula.
Ayo, makan ikan!
Suatu ketika, sekian tahun lalu, saya diajak Rm Rudy Kwari (almarhum) unt makan ikan di restoran seafood di Makassar. Saya yg kebagian nulis menu bertanya, “kita mau beli ikannya berapa ekor?”
“Satu orang satu ekor lah”, sahut Rm Rudy. “Ini bukan di Jawa, kebiasaan kalian makan ikan seekor rame-rame. Kami di sini seorang minimal seekor”, sambungnya.
Sejak saat itu, paradigma saya tentang makan ikan pun ikut berubah, hahaha… Harga ikan di Jawa lebih mahal dibandingkan harga ikan di Indonesia bagian timur sana.
LikeLiked by 1 person
Hahahaha… Di sini harga ikan juga lebih mahal Mo, untuk wilayah yang tak dekat dengan laut.
Terimakasih Mo sudah berbagi cerita di sini. Berkah dalem
LikeLiked by 1 person
Makan nasi bikin nimbun carbo..tp klo g mkn kok cpt laper.hihii..
LikeLiked by 1 person