


Mengenali kuliner yang beragam dari seluruh dunia memang menarik. Tidak sekedar mencoba, saya pun kadang mendapati adanya persamaan dan perbedaan mulai dari bentuk, rasa hingga penyajian. Meski saya bukan orang yang ahli dalam kuliner, tetapi sebagai orang yang suka bertualang rasa maka mencicipi, mencari resepnya dan mengulasnya bisa menjadi kepuasan tersendiri. Siapa tahu pembaca di sini terinspirasi membuatnya?
Sarapan pagi selama di Mesir memiliki variasi yang beragam, ada nasi, roti hingga kue-kue. Semua bisa anda pilih sesuai selera anda.
Kemudian mata saya tertuju pada egpytian pancake yang tertera di meja etalase. Apa itu?
Pancake dari Mesir bisa dikatakan renyah dan garing. Jika anda mencicipi, anda pasti terkejut bahwa pancake asal Mesir ini rasanya agak mirip dengan croissant yakni roti asal Prancis.
Melalui sejarah yang panjang bahwa egyptian pancake ini pernah menjadi sesajen persembahan bagi para dewa jaman dahulu kala. Ketika orang Mesir telah mengenal Tuhan, hidangan istimewa ini menjadi konsumsi siapa saja. Karena pembuatannya yang mudah dan rasa yang istimewa, egyptian pancake menyebar hingga ke benua biru saat terjadi migrasi.
Perkara benar atau tidak cerita saya maka anda bisa mencoba sendiri saat datang ke Mesir.
Sedangkan italian pancake sudah sering saya kupas. Apalagi jika bukan crepes yang juga mudah dibuat.
Sebenarnya italian pancake juga diakui sebagai makanan tradisional beberapa negara Eropa. Contohnya Jerman yang mengenal pancake sebagai pfannkuchen. Rasa dan bentuknya pun sama. Ini hanya terdiri tepung, telur dan air saja. Untuk isian, anda bisa sesuaikan dengan selera dan kebutuhan.
Bahkan italian pancake juga merambah ke area bisnis yang menjadi street foods di sebagian negara. Di Jakarta misalnya kini anda bisa melihat kuliner pancake berbagai dunia. Menurut saya pancake punya persamaan, sama-sama dibuat flat dan rasa yang manis dinikmati.
Pancake nusantara adalah serabi. Dibuat dengan flat dan rasa yang manis sudah terasa istimewa.