

membuat berdecak kagum.




Sabtu pagi yang indah, program acara selanjutnya di Luxor adalah Karnak Temple. Kami semua berangkat dengan mengendarai bus menuju pusat kota Luxor. Lalu bis kami berlanjut ke Karnak Temple yang menjadi incaran wisatawan dunia yang suka sejarah dan arsitektur. Saya yang melihatnya dari kejauhan saja sudah berdecak kagum, apalagi dahulu ketika bangunan ini masih utuh. Jelas bangunan ini menjadi situs warisan dunia karena bangunan semacam aula dan beberapa temple lainnya dibangun dengan megah, indah dan tercatat terbesar di dunia.
Sebagai lokasi wisata dunia, tempat ini sudah lebih baik seperti lokasi tiket masuk, parkir mobil dan penataan sovenir yang tak mengganggu pengunjung. Tiket masuk dibagikan satu per satu di antara kami. Di pintu masuk terdapat informasi petunjuk bahwa karnak temple adalah kompleks beberapa kuil dan ruang pertemuan juga terdapat danau yang indah di sini. Bangunan ini sudah tampak menonjol dari pesisir sungai nil.
Kuil Karnak didedikasikan untuk dewa Amun-Ra, yang kepalanya bertanduk dua seperti lambang Aries dan wajahnya berjenggot panjang. Anda bisa melihat gerbang pintu masuk seperti kepala bertanduk yang berjejer di depan. Itu adalah simbol dewa Amun-Ra. Kuil ini didedikasikan pula untuk dewi Moot (=Mut) isteri dewa Amun-ra. Dari namanya, ini menjadi cikal bakal kata ibu, yakni mother, mutter (dalam bahasa Jerman) karena dewi Mut adalah ibu Khonsu. Dewa Khonsu adalah putera dari dewa Amun-Ra dan dewi Moot, yang berkepala bulan. Ini menjadi lambang di beberapa kuil terdapat keluarga, ayah, ibu dan anak. Itu adalah simbol mereka.
Sebagai bangunan termegah di dunia sepanjang sejarah, tentu memerlukan waktu yang tak sebentar untuk membangunnya. Bayangkan saja konstruksi sudah dimulai sejak kekuasaan King Intef II, kemudian diperluas tahun 1971 Sebelum Masehi pada pemerintahan King Senusret I. Lalu pembangunan berlanjut terus hingga pemerintahan Ptolomeus VIII. Anda bisa membayangan betapa megahnya tempat ini masa itu, Sebelum Masehi.
Kompleks temple terbagi enam untuk penyembahan dewa Amun-ra, dewa Montu, dewi Mut, dewa Khonsu, dewa Opeth dan dewa Ptah. Begitu megahnya bangunan ini hingga membutuhkan 30 Firaun membangunnya. Kemegahannya juga menyedot animo wisatawan dunia sebagai target kunjungan kedua, setelah Piramid Giza di Kairo. Arsitekturnya yang terbuat dari batu kokoh hingga kini tak bisa diselami bagaimana manusia pada jaman itu bisa membangunnya. Begitu pendapat kami mendengarkan penjelasan reiseleiter, pemandu wisata berbahasa Jerman pada kami.
Kemegahan ini tampak dari hypostyle hall yang terdiri atas pilar batu yang kokoh dan tinggi menjulang. Anda perlu tahu bahwa pilar batu ini tertinggi di dunia, tak ada yang menandingi jumlahnya yang juga banyak. Ada 134 pilar batu yang melambangkan tanaman teratai di ujung tiang. Informasi menyebutkan bahwa hall termegah ini mulai dibangun pada pemerintahan King Seti I (1313 – 1292 Sebelum Masehi). Kemudian selesai dibangun oleh putranya sendiri, Ramses II (1292 – 1225 Sebelum Masehi).
Arsitektur menawan lainnya adalah obelisk, yakni tugu batu kokoh dengan muncung pada puncaknya. Obelisk ini berada pada pilar keempat dan kelima. Tinggi obeliks sekitar 28 meter. Wah!








Ketika saya memasuki bangunan kompleks batu megah ini, saya berdecak kagum pada upaya manusia masa itu membuatnya. Ini seperti masa peradaban manusia dimulai, dengan menciptakan simbol-simbol komunikasi terukir di dinding-dinding batu tersebut. Kini sebagian informasi terukir itu sudah tergerus jaman.
Pada bagian tersembunyi dari kompleks ini adalah semacam kapel untuk berdoa. Dahulu ini dianggap tempat yang sakral untuk penobatan. Di tengahnya terdapat altar batu dan tempatnya begitu menjorok ke dalam sehingga sedikit gelap. Simbol di tiap dinding batu kapel kini sudah mulai pudar dan tak tampak lagi.
Bagian akhir dari kompleks ini adalah danau suci atau the sacred lake. Danau ini tampak indah mempesona, di akhir temple. Dengan luas 200 meter dan kedalaman lebih dari 100 meter, danau ini dimulai pembangunannya saat Hatshepsut dan Thutmosis III.
Begitu luasnya kompleks ini dengan pembangunannya yang berlangsung sebelum masehi, membuat saya berdecak kagum. Bagaimana kekuatan manusia saat itu, yang belum merasakan kecanggihan teknologi tentunya. Wajar tempat ini layak dikunjungi jika anda berkunjung ke Mesir.