#StayAtHome#WirBleibenZuHause#

“Bleib gesund!” demikian kalimat berbahasa Jerman meluncur dari kasir supermarket, penyiar radio dan tv hingga orang yang saya kenal di sini. Kalimat itu bisa diterjemahkan “Jaga Kesehatan!” hanya untuk menandakan bahwa sehat itu investasi. Kini perhatian seluruh dunia begitu menguatkan paradoks tersebut. Bahwa kita semua ingin tetap sehat secara fisik dan mental. Sehat itu sejatinya tidak hanya sekedar sehat secara fisik dan terhindar dari penyakit, tetapi secara mental pun begitu. Sehat itu dambaaan setiap orang. Apa artinya punya segalanya, jika kita tidak bisa menikmatinya hanya karena kita sakit.
Baru-baru ini saya mendapatkan pencerahan soal pendekatan kesehatan yang selama ini saya salah menerapkan. Contohnya, saya sakit maag, masalah pencernaan. Saya terbiasa untuk berpikir, ‘Apa yang membuat saya sakit maag?’ itu baik tetapi itu hanya melihat ke belakang (=masa lalu, penyebab) yang sudah terjadi. Sebaliknya, jika saya berpikir ‘Apa yang membuat saya sehat (=tidak sakit maag)?’ maka saya akan berpikir di kemudian hari, apa yang akan terjadi, agar saya bisa sembuh dari sakit maag dan tidak lagi mengalami masalah pencernaan di kemudian hari.
Pendekatan ‘Apa yang membuat saya sehat?’ itu menawarkan solusi dan harapan ke depan. Pendektan ini disebut Salutogenese dari Antonovsky. Sementara jika saya melakukan ‘Apa yang membuat saya sakit?’ adalah sebuah refleksi penyebab yang memikirkan apa yang sudah terjadi. Agar saya tetap sehat maka saya juga perlu memikirkan bahwa fisik dan mental saya pun harus sehat. Masa lalu hanya mencari penyebab sakit, sedangkan pemikiran tetap sehat memberi solusi untuk masa depan.
Berikut 5 ide baik yang saya jalani agar saya tetap sehat selama berdiam di rumah.
1. Manajemen diri agar terhindar dari stress
Apakah anda berpikir bahwa berdiam di rumah, dikarantina, isolasi diri atau apalah namanya tidak membuat stress? Apakah seseorang tidur seharian tidak membuat stress? Apakah seseorang hanya duduk, diam dan tidak bekerja di rumah tidak membuat stress? Stress itu menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Seorang anak kecil yang disuruh diam di rumah dan tidak boleh keluar rumah pun bisa membuatnya stress. Seseorang yang terbiasa rutin bekerja, berangkat pagi pulang malam dengan segudang aktivitas di luar rumah lalu tiba-tiba berdiam di rumah seharian, apakah dia tidak mengalami stress?
Ini tentu harus diatasi, bagaimana agar seseorang bisa mengelola stress selama berdiam di rumah. Stress muncul ketika terjadi kesenjangan antara harapan dengan kenyataan hidup. Mau belajar atau bekerja tenang di rumah, tetapi harus pula menjaga dan dan mengajari anak-anak yang belajar di rumah. Stress juga terjadi mendengar pemberitaan soal wabah corona di luar. Stress memikirkan keuangan selama tidak bekerja pun bisa terjadi.
Saat stress, ada orang yang begitu berisiko mengalami sakit atau rentan terserang penyakit. Oleh karena itu, saya perlu mengelola diri selama berdiam di rumah agar tidak stress. Berpikir positif dan selalu bersyukur adalah cara saya terhindar dari stress selama berdiam di rumah. Melihat foto-foto dan video liburan yang sudah terjadi membuat saya bersyukur atas apa yang saya miliki, bukan apa yang belum saya miliki.
Kenali apa yang membuat stress selama berdiam di rumah! Segera cari cara mengatasinya! Mengajari anak belajar di rumah bisa dibebankan pada peran ayah dan ibu, juga mungkin anggota keluarga lainnya. Terlalu banyak menyimak media sosial menimbulkan stress, maka matikan notifikasinya. Bermain dengan berbagai permainan tradisional atau moderen yang membuat kita bisa menikmati waktu selama berdiam di rumah.
Nikmatilah waktu berdiam di rumah dengan cara masing-masing. Cara saya dan cara anda mungkin saja berbeda, tetapi menikmati hidup itu sama, yakni tanpa syarat titik. Sampai waktu yang ditetapkan pemerintah berakhir, kita bisa melakukan hal positif, pengembangan diri, agar terhindar dari stress.
2. Meditasi dan Berdoa
Saya sempat kecewa karena beberapa rencana dibatalkan dan tidak terlaksana karena harus berdiam di rumah. Apa boleh buat! Lalu meditasi adalah cara saya menemukan kedamaian batin. Tak perlu waktu berjam-jam. Bagi saya, meditasi adalah saya punya waktu beberapa lama untuk berdiam diri, atur nafas dan berdiam dengan posisi yang nyaman di tempat sunyi atau kadang disertai instrumen meditasi. Ternyata ini membantu saya untuk mengelola pikiran dan perasaan agar tetap positif.
Tak harus meditasi, berdoa pun bisa dilakukan. Lakukan dengan cara anda membangun relasi dengan Tuhan. Berdoa itu seperti membangun rasa syukur, hati bahagia dan pengalaman positif lainnya. Berdoa di rumah agar wabah corona segera berlalu di seluruh dunia.
3. Lakukan aktivitas positif (Membaca, memasak, menulis, berolahraga, melukis, menonton film, dsb)
Melakukan apa yang menjadi kesukaan dan minat pribadi seperti memasak menu baru, bermain tradisional, melukis, berkebun, menulis jurnal bahkan senam, naik turun tangga pun dilakukan. Apa pun itu, aktivitas tersebut memberikan dampak yang luar biasa sembari berdiam diri di rumah. Ini bukan sekedar mengisi waktu luang karena terpaksa berdiam di rumah. Aktivitas positif bertujuan meningkatkan minat yang membuat keseharian di rumah tidak membosankan. Aktivitas positif dimaksudkan untuk membangun suasana perasaan yang membahagiakan, meski kondisi di luar masih belum menentu dan mengkhawatirkan.
4. Makan bernutrisi seperti buah dan sayur, kurangi gula dan junk food
Apa yang dirasakan tubuh sepanjang hari rupanya bergantung dengan asupan nutrisi yang dikonsumsi. Memasak adalah cara untuk melakukan aktivitas positif, disamping saya tahu apa saja bahan makanan di dalamnya. Dengan begitu, saya bisa atur sesuai selera dan kebutuhan saya.
Di rumah seharian, saya bisa mengatur menu sehat bernutrisi yang seimbang. Bila selama ini, saya terlambat makan atau melewatkan waktu makan siang, kini waktu makan saya lebih teratur. Bila saya kadang melewatkan sarapan pagi, kini saya bisa menikmati sarapan pagi lengkap tanpa terburu-buru.
Agar tetap sehat, saya siapkan sayur dan buah. Untuk makan dan minum, saya atur kadar gula agar tidak berlebihan. Jika selama ini saya makan sembarang seperti junk food dan makan terburu-buru saat makan siang, kini saya bisa makan bernutrisi sesuai selera dan tanpa terburu-buru.
5. Bagikan apa yang dirasa dengan orang lain (telepon, chatting, sms, video call)
Berdiam di rumah bukan berarti berhenti berkomunikasi dengan keluarga, kerabat dan teman lain. Meski dunia sosial kita dibatasi, bukan berarti kita membatasi komunikasi. Ada komunikasi digital yang membantu saya tetap terhubung dengan siapa saja seluruh dunia. Berbagai cerita dan pengalaman adalah hal yang lumrah karena kita adalah makhluk sosial.
Jika selama ini saya tak punya waktu chatting karena begitu sibuknya, kini saya bisa aktif dan menyapa siapa saja yang dikenal. Saya punya waktu mendengarkan mereka yang membutuhkan saya. Kini waktunya membangun relasi yang akrab, ketika biasanya saya begitu sibuk dan tak sempat membalas pesan chatting.
Kesimpulan
‘Apa yang membuat saya (tetap) sehat?’ adalah cara saya mengontrol diri agar sehat fisik dan mental selama berdiam di rumah. Tiap orang punya caranya masing-masing sesuai kebutuhan. Hidup anda ada dalam kendali tangan anda.
Jaga kesehatan dan selamat berhari Minggu!