Kenali Perspektif Anda Lewat Teori 3P Seligman Agar Bisa Beradaptasi dari Krisis

Ilustrasi.

Setiap orang pasti pernah mengalami krisis dalam hidupnya. Salah satunya adalah krisis hidup akibat pandemi yang masih melanda seluruh dunia saat ini. Orang yang optimis akan memandang krisis sebagai kesempatan, sedangkan orang yang pesimis akan melihatnya sebagai kesulitan. Bagaimana anda sendiri memandangnya?

Baru-baru ini saya diperkenalkan tentang mengenali kemampuan diri dalam beradaptasi terhadap krisis hidup. Melalui perspektif atau cara pandang yang didasarkan pada teori psikologi positif diharapkan kita menjadi lebih tangguh (=baca kemampuan resiliensi) dan belajar bangkit lagi dari tantangan hidup. Bagaimana pun bidang psikologi positif telah menelaah sejak tahun 2000-an mengenai kebahagiaan dan faktor-faktor yang berkorelasi dengan kebahagiaan.

Salah satunya adalah Seligman’s 3P (1990) yang dicetuskan oleh Psikolog asal negeri Paman Sam yakni Dr. Martin Seligman yang memelopori kajian ilmiah teori psikologi positif. Menurut beliau, cara pandang kita terhadap kesulitan hidup mempengaruhi pengalaman. Cara pandang yang dimaksud dikenal dengan 3P yang dirincikan sebagai berikut:

1. Personalization

Cara pandang pertama berbicara tentang kegagalan hidup atau kesulitan yang dialami itu karena diri sendiri. Kita menganggap kita yang bertanggungjawab terhadap hal buruk dan kegagalan dalam hidup. Pandangan bahwa diri sendiri adalah faktor kegagalan menyebabkan kita menjadi lebih susah bangkit karena faktor internalisasi dan distorsi kognitif.

Contohnya, “Pandemi ini membuat hidup saya terpuruk.” Ingatlah bahwa pandemi saat ini melanda seluruh dunia. Jadi tidak hanya anda saja saat ini yang mengalami kesulitan dan kesusahan hidup. Di luar sana, kita masih menemukan banyak orang juga kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan yang mereka tekuni karena pandemi tetapi mereka bisa bangkit dari keterpurukan.

Pesan Dr. Seligman adalah jangan menyalahkan diri sepenuhnya atas kegagalan dan keterpurukan yang sedang anda alami. Buatlah impersonalisasi yang membuat anda menyadari bahwa selalu ada sisi positif dari krisis hidup yang sedang kita alami.

2. Pervasivenes

Cara pandang kedua adalah bagaimana kita menggeneralisasikan satu hal menjadi sama buruknya. Sebagai contoh, “Awal tahun saja sudah begini susah, apalagi sepanjang tahun.”

Ingatlah bahwa awal tahun baru dimulai dan masih ada 11 bulan yang menjadi kesempatan untuk lebih baik lagi. Belum mulai perang, tetapi sudah mengaku kalah duluan. Satu bulan yang sulit tidak berarti mendefinisikan bahwa tahun ini anda sudah gagal.

Ubahlah cara pandang anda agar anda tahu bagaimana beradaptasi dengan keadaan. Bahwa segala sesuatunya itu butuh proses, bukan sekedar hasil saja. Pemerintah dan berbagai ahli sedang berjuang untuk mengendalikan krisis, tentu ini bukan hal yang mudah.

Lihatlah ukuran kesuksesan anda dari berbagai segi kehidupan yang anda miliki dan tidak menggeneralisasikan apa yang terjadi saat ini (=pandemi) sebagai kegagalan hidup anda.

3. Permanence

Cara pandang ketiga adalah melihat kegagalan itu sebagai sesuatu yang permanen, tidak ada perubahan. Lantas, bagaimana anda bisa bangkit dari krisis hidup jika anda sudah menyerah dan tidak memberi kesempatan lainnya?

Sebagai contoh, “Bagaimana hidup saya bisa berlanjut kalau pandemi saja belum juga berakhir?” Ingatlah bahwa pandemi ini pasti berakhir, tetapi bukan berarti kita mendefinisikan keberhasilan hidup berdasarkan lamanya pandemi. Roda itu pasti berputar. Jika saat ini anda kehilangan pekerjaan karena pandemi, bukan berarti hidup sudah berakhir.

Definisi keberhasilan atau kegagalan hidup itu bukan hal yang permanen. Sepuluh tahun lalu, definisi keberhasilan hidup anda mungkin adalah lulus kuliah dari perguruan tinggi. Sekarang definisinya pasti berbeda dan berubah.

Jika anda kehilangan pekerjaan karena pandemi, itu bukan berarti anda gagal selamanya. Mungkin saja perusahaan perlu memangkas biaya operasional misalnya. Atau mungkin ini saatnya anda berkreasi merintis usaha baru yang jadi hobi anda.

Kesimpulan

Saya dan anda adalah sama. Kita sama-sama menghadapi krisis dunia, tetapi bagaimana cara kita memandang masalah ini dan mengelolanya untuk bisa bangkit tentu berbeda-beda satu sama lain. Teori di atas diambil agar kita bisa melihat dan mengubah cara pandang yang salah tentang kegagalan dan tetap berpikir positif dalam hidup.

Advertisement

2 thoughts on “Kenali Perspektif Anda Lewat Teori 3P Seligman Agar Bisa Beradaptasi dari Krisis

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s