“Anna, apakah kamu tahu bahwa salon akan tutup per tanggal sekian karena akan ada pembatasan, termasuk menutup salon sementara waktu?” Pertanyaan itu meluncur dari ibu mertua agar saya tidak ketinggalan berita bahwa sebentar lagi akan terjadi pembatasan lagi karena meningkatnya angka kasus Covid-19 di wilayah tempat tinggal saya.
Saya tidak akan berbicara tentang Pandemi, tetapi saya akan mengupas tentang seberapa sering sih perempuan pergi ke salon di Jerman? Saya mengamati bagaimana kebutuhan pergi ke salon bukan menjadi prioritas, melainkan ini kebutuhan yang penting juga untuk diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat saya bekerja bersama teman-teman Jerman, terkadang kami berbicara tentang kebutuhan pergi ke salon. Misalnya mereka akan merasa risih bila rambutnya sudah tidak beraturan lagi sehingga mereka bisa saja cerita bahwa mereka akan buat janji “appointment” untuk ke salon langganan.
Hal lain yang diceritakan misalnya bagaimana salon penuh menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru sehingga mereka sulit mendapatkan janji “appointment” atau mereka dapat janji mungkin dua minggu lagi. Bagi saya, ini terdengar tak masuk akal karena saya dulu di Jakarta punya salon langganan yang begitu mudah mendapatkan janji “appointment”.
Kebutuhan pergi ke salon bagi orang-orang di sini, terutama kaum perempuan seperti saya menjadi penting diperhatikan. Saya kadang ikut memperhatikan ibu-ibu seperti ibu mertua yang datang ke salon rutin hanya untuk menata rambutnya secara rutin.
Definisi kebutuhan salon yang dimaksud di sini adalah mencuci, memotong dan blow rambut. Biayanya berlipat-lipat meski cuma potong rambut saja dibandingkan biaya yang dikeluarkan di salon langganan saya di Jakarta. Dengan rambut saya yang panjang, tentu biaya pergi ke salon lebih mahal lagi.
Pertanyaan saya tentang frekuensi perempuan di sini pergi ke salon terjawab. Saya baru saja membaca majalah berbahasa Jerman khusus perempuan di sini tentang rata-rata perempuan pergi ke salon. Jawabannya adalah rata-rata perempuan di sini pergi ke salon sekitar satu kali dalam dua bulan.
Kebutuhan pergi ke salon hanya untuk menata rambut seperti yang dijelaskan di atas. Artinya perempuan di sini selama 12 bulan berdasarkan informasi di majalah tersebut menujukkan angka 6,5 kali selama setahun pergi ke salon. Kebutuhan pergi ke salon menurut para perempuan di sini semacam jeda dari rutinitas harian.
Nah, bagaimana Anda mendefinisikan pergi ke salon? Apakah Anda hanya menekankan pada penampilan rambut saja atau lebih dari itu? Seberapa sering Anda melakukannya dalam setahun?
wonderful article
LikeLiked by 1 person