Hari ini adalah hari ulang tahun ayah saya seandainya dia masih hidup. Tahun lalu kami masih merayakannya bersama dalam keluarga, ternyata itu adalah hari ulang tahun terakhirnya. Kedekatan seorang anak perempuan pada ayahnya memang terasa dalam relasi saya dan ayah saya.
Di musim dingin nan melankolis ini kembali saya terkenang akan pribadi ayah saya semasa hidupnya. Dia adalah figur yang suka menolong orang lain. Baginya cinta kepada Tuhan diwujudkan kepada bantuan atau perhatian kepada orang lain. Itu sebab ketika ayah saya wafat banyak orang datang melayat, meski kami memahami kondisi pandemi masih berlangsung saat itu.
Pesan ayah saya: setinggi apa pun ilmu yang dimiliki tak ada artinya tanpa diamalkan kepada orang lain dan sebanyak apa pun harta yang dimiliki tak akan membahagiakan tanpa berbagi pada orang lain. Dari kecil, saya sudah diajarkan hidup berbagi dengan orang lain.
Terkadang kita berpikir bahwa menolong orang lain itu saat kita berilmu tinggi atau berharta banyak. Tidak! Kita bisa membantu orang lain dengan banyak cara. Kita bisa duduk bersama, menjadi pendengar yang baik saat mereka bermasalah. Kita bisa menjadi social support untuk mereka yang membutuhkan. Terakhir, kita bisa mendoakan mereka juga.
Pesan ayah saya ini menguatkan saya untuk mengembangkan talenta menulis untuk menginspirasi orang lain, membentuk komunitas social support untuk mereka yang bermasalah dan berbagi ilmu yang saya pelajari.
Apa sih untungnya duduk dan mendengarkan masalah orang lain?
Rasa syukur atas hidup saya meningkat. Saya pun jadi bahagia. Bahagia yang sederhana ketika saya bisa menjadi pendengar yang baik untuk masalah orang lain. Itu seperti nilai hidup yang selama ini diajarkan ayah saya. Nilai solidaritas yang mungkin sudah mulai menipis di tengah kecanggihan teknologi.
Ayah saya mengingatkan saya tentang nilai-nilai kehidupan yang harus diperjuangkan seperti nilai solidaritas. Nilai hidup itu harus diperjuangkan karena itu membentuk tujuan dan identitas diri. Membantu orang lain, mengapa tidak?
Di hari ulangtahun ayah saya ini, saya merindukan dipeluk ayah saya. Tak semua anak perempuan mengalami pelukan (=cuddling) dari ayahnya. Pelukan yang hangat diberikannya sejak saya kecil hingga dewasa. Saya beruntung. Oh ya saya sampaikan simpati dan dukacita juga untuk anak-anak yang ditinggalkan ayahnya karena pandemi Covid-19.
Happy Birthday in Heaven, my father!
nice post
LikeLike