Ketika Gereja Beradaptasi dengan Situasi Pandemi

Ketika sensor mengenali tangan, air yang sudah diberkati akan keluar otomatis.

Situasi pandemi mengubah berbagai segi kehidupan manusia. Banyak hal baru bisa dipelajari atau kita mengadaptasikan keadaan agar dapat diterima sesuai kondisi yang terjadi. Kondisi pandemi pun sangat terasa dalam perilaku beribadah.

Di awal pandemi saya menceritakan pengalaman beribadah online, yang bagi sebagian orang terdengar tidak umum. Situasi pandemi membuat kita menormalkan kondisi tersebut, termasuk ibadah online, memakai masker selama di rumah ibadah, mendaftarkan diri sebelum beribadah dan lain sebagainya.

Baru-baru ini saya berkunjung ke gereja dan menemukan adaptasi yang dikondisikan dengan pandemi. Sebagaimana umumnya di Gereja Katolik, di pintu masuk gereja kerap tersedia air yang sudah diberkati sebagai awalan dan akhiran kita beribadah.

Sejak pandemi, air itu ditiadakan mengingat risiko tinggi penularan virus akibat silih berganti tangan yang datang dan pergi di gereja. Namun ada temuan baru di mana air suci itu kini ditempatkan dalam dispenser khusus dan otomatis sehingga orang bisa mengawali dan mengakhirinya dengan air suci tersebut yang disediakan gereja.

Sebelum pandemi, air yang sudah diberkati tersebut diletakkan di pintu gereja dengan wadah terbuka sehingga siapa saja bisa menjangkaunya. Setelah pandemi, air suci diletakkan dalam wadah tertutup. Air akan keluar setelah mengenali sensor tangan di dekatnya. Air akan keluar otomatis.

Kemasan praktis air suci ini seperti kemasan praktis hand sanitizer yang biasanya selalu tersedia di tiap sudut dan pintu masuk/keluar suatu gedung sejak pandemi. Hand sanitizer praktis dibutuhkan setelah mengenali sensor tangan yang didekat ke arahnya. Begitu pun kemasan praktis air suci di dekat pintu gereja.

Sayangnya air suci kemasan praktis ini belum banyak dipahami. Ada yang menganggap kemasan air suci yang dibentuk seperti hand sanitizer adalah hand sanitizer karena memang mirip, ada sensornya dan umumnya diletakkan di pintu masuk/keluar.

Anggapan salah bahwa itu adalah hand sanitizer sering dijumpai banyak pengunjung gereja jika mereka tidak membaca dengan seksama kemasan “Weihwasser” atau air suci dalam Bahasa Indonesia. Mereka berpikir itu adalah hand sanitizer, bukan air suci.

Pendapat lain bermunculan seandainya kemasan air suci dapat juga digabungkan dengan hand sanitizer. Anda sendiri bagaimana?

Advertisement