CERPEN (61): Mengapa Kita Tidak Kaya?

Ini adalah Reblog dari artikel berjudul sama yang sudah tayang pada 10 Juni 2016.


“Mama, mama…” teriak Anna yang baru saja tiba di rumah sambil melepas sepatu.

Ia segera bergegas melepas seragam sekolahnya di kamar dan menggantinya dengan kaos dan celana pendek khas anak umur 10 tahun.

“Eh anak mama sudah pulang,” sambut ibunya di dekat kamar Anna.

Si ibu tampak sedang menyiapkan adonan kue dan mengolesi loyang cetakan kue dengan margarin.

“Mama tadi di dapur, mengecek kue dalam oven. Jadi mama tidak dengar kau pulang dari sekolah,” kata ibu sambil meneruskan pekerjaannya membuat kue.

“Mama, mengapa kita tidak kaya ya?” tanya Anna di sela-sela suara mixer kue, pengaduk adonan.

Si ibu langsung menghentikan mesin mixer dan mengelus rambut Anna.

“Oh sayang, mengapa kau bertanya begitu?” tanya ibu kembali.

Anna segera membantu ibu mengambil lap basah dan memberikannya.

“Ini mama” kata Anna.

Ibu segera melap tangannya yang penuh dengan semburan tepung. Anna terlihat bersalah dengan pertanyaannya sementara ibunya membersihkan diri dalam kebingungan.

“Teman sebangkuku akan pergi keluar negeri bersama ayah dan ibunya. Lalu teman yang duduk di depanku mendapat tas baru yang bagus,” ujar Anna menjelaskan. “Mengapa mereka mudah mendapatkan apa yang diinginkan, mama? Karena mereka kaya ‘kan?” tanya Anna pada ibunya.

“Mereka kaya bisa membeli tas bagus. Mereka kaya jadi bisa jalan-jalan keluar negeri, sementara kita tidak kaya maka tidak bisa seperti mereka,” jelas Anna.

Ibu serius mendengarkan Anna dan menghentikan pekerjaannya membuat kue.

Ibu tersenyum memahami maksud pertanyaan Anna.

“Dengar sayang! Kita juga kaya kok. Yang membedakan kita dengan mereka adalah mereka mampu membeli keinginan mereka sementara kita membeli kebutuhan kita,” kata ibu. Lanjutnya, “Itu artinya mereka bisa membeli segala keinginannya, sedangkan kita membeli saat dibutuhkan. Sepatumu rusak tak terpakai, mama akan membeli sepatu baru. Mama belum mampu membeli melebihi kebutuhanmu, nak. Itu saja.”

Anna terdiam usai mendengarkan penjelasan ibu. Ibu lalu menghampirinya lebih dekat sambil mengelus rambut Anna yang sebahu.

Mulai sekarang belajarlah bukan untuk jadi kaya seperti yang kau maksud tetapi belajarlah jadi orang yang tak suka pamer dengan apa yang kau punya,” ujar ibu.

“Maafkan aku mama,” lirih Anna sambil memeluk ibunya.

Kaya atau miskin tidak ditentukan dari apa yang kau punya, tetapi apa yang kau rasa” kata ibu memeluk Anna kembali.

Samar-samar ibu berbisik di telinga Anna, “Di mana hatimu berada, di situlah hartamu.”

Advertisement