Musim semi tiba. Setiap musim punya ceritanya sendiri, termasuk musim semi. Sama seperti musim lainnya, ada yang suka dan ada yang tidak suka. Seperti yang dialami kenalan saya di sini yang kerap merasa terganggu karena alergi serbuk sari tanaman di musim semi ini.
Awalnya saya pikir ini alergi biasanya, ternyata alergi yang dialaminya dalam Bahasa Jerman disebut Pollenallergie. Ini jelas sangat membuatnya tak nyaman. Bahkan dia mengurangi aktivitas Outdoor hanya karena dia tak ingin alerginya kambuh. Terdengar sepele bila dia menjelaskannya karena semula saya menduga dia hanya pilek.
Penjelasannya itu membuat saya cari tahu, apa jenis alergi yang dialami oleh teman saya tersebut. Alergi yang dialami lebih disebabkan dari situasi luar yang dipenuhi jerami, rumput dan pepohonan kemudian tiupan angin membawa serbuk sari tanaman atau jerami kering ke arah teman saya itu.
Normalnya orang tidak akan mengalami kondisi alergi apabila serbuk sari terbang. Bagi orang-orang tertentu, itu membuat alergi. Serbuk sari sebenarnya tidak berbahaya tetapi mereka yang alergi menandakannya sebagai “bahaya” bagi sistem kekebalan tubuh.
Alergi ini telah ada sejak 200 tahun lalu, tepatnya oleh John Bostock pada tahun 1819. Dia yang seorang dokter merasa gejala alergi pada mata dan hidung. Ia mengalami gejala seperti asma dan juga demam. Identifikasi menyebutkan serbuk sari tanaman yang terbawa angin adalah penyebabnya.
Pencarian informasi di Indonesia menujukkan alergi ini tidak begitu dikenal. Informasi menyebut kasus alergi banyak terjadi di Eropa. Di Jerman sendiri, kami bisa mendapatkan informasi area sebaran pemicu alergi ini sehingga orang-orang seperti kenalan saya bisa antisipasi. Disebutkan juga ada periode waktu tertinggi kala musim semi seperti sekarang, serangan serbuk sari kering tersebut menyerang.
Nah, apa Anda juga mengenali alergi-alergi yang dialami?
Super 👌 👍 😍
LikeLike