Sebelum saya berbicara banyak negeri lainnya, saya akan cerita tentang petualangan kami beberapa waktu lalu di negeri sebelah yakni Polandia, Swedia dan Denmark. Meski saya sudah menyambangi sebelumnya, tetapi kisah tiga kota yang kami datangi lebih spesifik pada pengelolaan sepeda. Bagi Anda yang tertarik berpetualang pakai sepeda, silakan terus membacanya.
Soal sepeda sebagai alat transportasi untuk turis seperti saya pernah dijelaskan saat kami menyambangi Tiongkok. Sepeda semacam mobike begitu mudah dioperasikan yang terhubung dengan teknologi. Ceritanya bisa dicek di sini.
Lainnya adalah cerita sepeda saat kami berada di Amsterdam, Brussels dan Zürich. Tiga ibu kota di negara Eropa Tengah seperti Belanda, Belgia dan Swiss menambah panjang pengalaman berkendara sepeda sebagai pilihan transportasi. Sepeda bisa fleksibel dan membuat kita tetap berolahraga.
Cerita sepeda sebagai program tur telah saya dapati sebelumnya saat menyambangi Bangkok belasan tahun lalu. Artinya sepeda tidak hanya sebagai pilihan moda transportasi untuk wisatawan saja, tetapi ini bisa menjadi pilihan wisata yang menyenangkan juga. Mengeksplorasi kota pakai sepeda bisa menjadi alasan seru berwisata, wisata sepeda malam atau wisata sepeda siang, silakan ditentukan sesuai selera.
Nah, balik ke jalur sepeda di Kopenhagen, Denmark, kota metropolitan ini telah memiliki jalur khusus untuk sepeda. Sebagai pengendara mobil, saya harus berhati-hati melihat lampu lalu lintas mengingat jalur sepeda memiliki lampu lalu lintas khusus. Bagaimana pun sepeda menjadi pilihan moda transportasi warga Kopenhagen juga sehingga sepeda memiliki aturan tersendiri dalam berlalu lintas.
Itu sebab Kopenhagen sendiri dijuluki sebagai kota ramah sepeda terbaik di dunia. Berdasarkan data tahun 2018, jumlah sepeda itu lebih banyak dari kendaraan pribadi. Infrastruktur yang ramah untuk peseda membuat siapa saja nyaman bersepeda di sini. Selain kenyamanan dan keamanan sepeda di sini terjamin. Namun, Anda sebagai pesepeda dilarang menggunakannya saat berada di area pedestrian.
Selanjutnya hasil pengamatan sepeda saya berlanjut ke negeri tetangga Denmark yakni Kota Malmö, Swedia. Kota tua dan kota moderen berpadu di Malmö sehingga membuat pesepeda senang berada di sini. Kota Malmö memang direkomendasikan bagi sepeda karena jalur sepanjang 515 kilometer disediakan khusus untuk pesepeda. Begitu turun dari kereta di Main Central Station, pesepeda bisa langsung menyewanya.
Sewa sepeda tersedia berdasarkan keanggotaan hingga iuran tahunan. Penggunaan sepeda pun ada yang terhubung dengan aplikasi di handphone. Dalam salah satu situs wisata menunjukkan ada jalur khusus sepeda untuk mendapati titik lokasi wisata di Malmö. Para pesepeda juga terkesan dengan kota Malmö yang ramah untuk sepeda.
Cerita sepeda ketiga adalah Stettin di Polandia. Kami sendiri sudah menyambangi kota-kota lainnya di Polandia, tetapi kami belum memperhatikan sewa sepeda. Mungkin kami harus mengeksplorasi ibu kota seperti Warsawa lain waktu. Di Stettin, kami sempat melihat sewa sepeda di sana.
Penyewaan sepeda di Stettin tersedia di 90 lokasi. Untuk deposit, perlu menyediakan 20 Zloty (PLN) kemudian mendaftarkan di website yang tersedia. Anda akan mendapatkan 6 kode yang terkirim via SMS untuk mengoperasikan sepeda. Jadi penyewaan sepeda di Stettin sistimnya adalah pre-paid.
Begitulah cerita soal sepeda dan kesan pesepeda yang saya baca dari berbagai sumber. Sebagai pesepeda, Anda tak perlu khawatir bila berada di kota-kota di atas. Cerita ini siapa tahu bisa menginspirasi kota kelahiran saya, Jakarta yang juga telah menjadi kota metropolitan.