
Seorang teman mengaku bahagia bahwa apa yang dicita-citakan berhasil digapai. Teman lainnya juga bersyukur bahwa dia menemukan keberuntungan dengan cara lain sehingga dia bisa berhemat untuk hidupnya. Kedua teman ini menyadari bahwa mereka sering dipenuhi keberuntungan dalam hidup.
Saya sebagai teman tentu senang mendengarnya. Lalu kami membahas bersama, faktor keberuntungan seseorang yang menyertainya. Bahwa ada sebagian orang yang mengaku mereka bukan orang beruntung, sementara ada bagian kelompok orang-orang yang secara sadar mengakui, hidup mereka beruntung.
Setelah mendiskusikan ini, saya mendapati satu artikel yang membahas faktor keberuntungan yang bisa dilakukan hanya dengan cara-cara sederhana. Artinya, Tuhan tidak pernah membedakan ciptaan-Nya, dia orang beruntung dan yang lain tidak beruntung. Sebenarnya keberuntungan itu ada di tangan manusia itu sendiri.
Dalam buku yang cukup populer mendunia, Rich Dad Poor Dad yang ditulis Robert T. Kiyosaki ada satu kutipan yang akan selalu saya ingat tentang keberuntungan. Tulisnya: Luck is created. So go create yours. Jadi keberuntungan itu diciptakan sehingga kita sebagai tuan atas keberuntungan tersebut, bukan orang lain.
Seperti hukum alam yang berpendapat, siapa menanam kemudian dia akan menuai. Demikian pula keberuntungan. Artinya hal-hal sederhana berikut nyatanya bisa mendorong keberuntungan juga.
Contoh pertama, bagaimana formula jawaban “Ya” bisa memberikan keberuntungan. Hah! Selama ini kita menghargai diri dengan punya formula “Tidak” jika ada permintaan. Rupanya jawaban “Tidak” bila yakin kita tidak sanggup mengerjakannya.
Kalau kita sanggup dan mau belajar, formula jawaban “Ya” bisa membawa nasib atau keberuntungan baru. Coba deh! Pasti pernah Anda merenungkan bahwa kalau Anda tidak menjawab “Ya” mungkin hidup Anda tidak seperti sekarang misalnya.
Bagi orang yang beruntung akan memandang kesempatan itu sebagai “Ya” untuk pelajaran dan pengalama baru. Bukan tidak mungkin itu menjadi keberuntungan yang membawa nasib baru.
Sedangkan bagi orang tidak beruntung kemudian menjawab “Ya” sebagai ketegangan, kecemasan atau kesialan sehingga mereka menjadi tidak beruntung. Kembali lagi nasib ada di tangan Anda dan bagaimana kita memahaminya.
Rupanya power “Ya” bukan hanya soal pelajaran dan pengalaman baru saja melainkan juga memperlebar jaringan. Bukan tidak mungkin pengalaman itu menambah lingkaran sosial Anda. Ini memperlebar pintu menuju keberuntungan yang baru pula.
Lebih lanjut dari bacaan tersebut, saya menemukan bahwa keberuntungan hidup sejatinya tidak terbatas. Semua berpulang pada bagaimana kita merefleksikannya, “Why not me?” yang terdengar lebih baik daripada “Why me?”
Bagaimana Anda memandang keberuntungan?