
Lain negara lain tradisi. Tradisi semacam ritual yang diwariskan turun temurun antar generasi. Misalnya ziarah makam menjadi momen penting pada peringatan Hari Arwah 1 November di tempat tinggal saya.
Supermarket di bulan Oktober seperti sekarang ini sudah memenuhi hiasan yang menjadi dagangan mereka untuk dibeli pihak keluarga dan dibawa pada saat Ziarah kubur tersebut.
Tanggal 1 November itu memang hari libur di sebagian negara bagian di Jerman, seperti Bavaria tempat tinggal saya. Momen ini dimanfaatkan untuk mengunjungi makam keluarga.
Cerita-cerita tersebut mungkin sudah sering saya sampaikan di sini. Namun tahukah Anda kalau sebelumnya ada tradisi merawat kuburan keluarga?
Seperti kebanyakan umumnya di Jakarta, kuburan orang-orang dirawat oleh petugas makam. Perawatan yang rutin dan berbayar tetapi ada pula perawatan tidak rutin dan berbayar sesuai kemampuan keluarga.
Begitu pun di Jerman. Banyak pemakaman yang menawarkan perawatan kuburan, apalagi saat keluarga atau kerabat tidak bisa lagi bertanggung jawab mengurusinya. Ini seperti perawatan rutin yang ditawarkan pihak pengelola pemakaman.
Dengan jasa perawatan kuburan yang rutin tentu tidak bisa dibuat istimewa. Perawatan ini dilakukan berkala dengan menyingkirkan tanaman liar misalnya atau merapikan dekorasi kuburan.
Dalam pencarian informasi saya, biaya perawatan kuburan bervariasi harganya. Sebuah sumber menyebutkan harga sekitar 80€ sampai dengan 700€ per tahun. Wow!
Di sisi lain ada juga yang menyatakan tentang warisan dari orang yang meninggal untuk perawatan makam. Ahli waris biasanya menanggung pemakaman hingga kemudian perawatannya.
Makam di tempat tinggal saya semuanya adalah makam keluarga. Artinya makam juga menjadi identitas sosial juga. Itu sebab kita yang masih hidup wajib merawatnya juga.
Memang tampak terlihat bila kuburan tidak terawat dan mungkin saja sudah tidak ada lagi pihak keluarga yang mengurusinya mungkin.
Itu sebab jelang 1 November nanti, kami sudah mulai melakukan tradisi bersih-bersih kuburan. Rupanya tak hanya keluarga kami saja, banyak orang datang ke pemakaman melakukan hal yang sama.
Begitulah tradisi yang mengikat kita semua meski mereka sudah meninggal sementara kita masih hidup. Berdoa, mengunjungi makam hingga merawat pemakaman adalah bentuk bakti kepada leluhur.
Sambil membersihkan makam keluarga, kami biasanya mengobrol teringat bagaimana kenangan kita akan mereka, yang sudah meninggal.
Seperti pepatah bilang: “Jalan hidup terbatas, tetapi kenangan akan mereka tak terbatas.”
Bagaimana cerita Anda?