
Kastanya atau Kastanye adalah sejenis kacang-kacangan menurut saya yang ada secara musiman. Kata Kastanye berasal dari serapan Bahasa Belanda – kastanje – sehingga bisa disebut juga Kastanye.
Di tempat tinggal saya biasa disebut Maronen yang memang cocok dinikmati saat musim dingin seperti sekarang. Nama lainnya adalah Chestnut yang juga berasal dari Amerika spesias tanaman Castenia.
Kami suka Maronen yang dipanggang sehingga menghasilkan aroma dan rasa yang menggugah selera. Karena dipanggang, Maronen menjadi panas dan terhitung bisa menghangatkan tangan yang kedinginan.
Sebenarnya Kastanye ini ada di Indonesia juga. Saya pernah mendapatinya di gerai supermarket di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Kastanye dipanggang dengan harga yang lumayan mahal dibandingkan kacang rebus.
Lucunya Kastanye tersebut dijual dengan nama dagang: Kacang Korea. Saya tertegun dan membelinya. Padahal pohon Kastanye ini tumbuh subur di Amerika, Eropa dan Tiongkok malahan.
Nama latin Kastanye adalah Castanea sativa yang memiliki pohon setinggi 35 meter dan termasuk jenis tanaman tertua dunia. Musim panennya biasanya sekitar awal September – Oktober di Eropa.
Kastanye ini juga menjadi jajanan kaki lima di Eropa Timur saat Winter seperti sekarang ini. Kami pernah menyambangi negeri tetangga saat liburan musim dingin ternyata gerai Maronen panggang begitu mudah ditemukan di pusat kota.
Lainnya Kastanye itu dipanggang sendiri di rumah sampai kulitnya pecah. Aromanya saat dipanggang benar-benar menggugah selera. Pati dari kastanye menghasilkan rasa yang manis sehingga memberi kelezatan tersendiri.
Lainnya ada yang menyajikan Kastanye dengan mentega/butter ditambah garam. Cara lainnya adalah mereka mencampurkan Kastanye dalam olahan kue dan pastry.
Kastanye biasa dijumpai di supermarket di Jerman dengan harga bervariasi tergantung kilogram yang dibutuhkan.
Apa Anda sudah pernah mencoba Kastanye?
Buying and eating a bag of chestnuts during a stroll through town was always a great pleasure in the winter when I still lived in Germany. Sadly, that’s not a tradition where I now live, and I miss it.
LikeLiked by 1 person
True, Tanja! I enjoy that moment when I ate chestnut as street foods. It made warms for my hands. Perhaps someone read your comment to be idea of entrepreneurship about chestnut hehehe…Have a great weekend ahead, Tanja😊
LikeLiked by 1 person
Aku kirain jengkol inii
LikeLiked by 1 person
Bukan kak😁 Itu sejenis kacang Chestnut yang super yummy. Aku pernah menemukan dijual juga di gerai tenant Mal Jakarta belasan tahun lalu.
LikeLike