
Dari Minggu sampai Selasa hari ini keriaan di kota saya dan kota-kota seputar tempat tinggal saya sudah terjadi. Mereka berpakaian kostum yang lucu, menghibur bahkan ada yang membuatnya seragam untuk menunjukkan identitas kelompoknya. Semua orang yang menyaksikan dan berperan dalam karnaval tidak ada yang bersedih. Semua tertawa bahagia.
Ada pawai beriringan mengitari pusat kota dan warga sekitar menyambut pawai tersebut penuh suka cita. Suara panggung membawakan lagu dan kekonyolan seperti Stand Up Comedy benar-benar membuat suasana semakin meriah.
Saya ingat betul pertama kali menjejakkan kaki di Munich dan menghadiri Faschingskarneval yang benar-benar meriah. Sebelumnya saya tidak tahu itu hingga saya membaca literatur dan bertanya pada orang-orang di sini. Acara yang saya maksud berlangsung sebelum Hari Rabu Abu atau yang dikenal sebagai Aschermittwoch.
Menurut penanggalan Liturgi Gereja Katolik Rabu Abu menandai Masa Prapaskah atau Masa Pantang dan Puasa selama 40 hari. Sebelum memulainya orang-orang menghabiskan masa kegembiraan dengan melakukan “Fastnacht” yang kemudian kata yang diambil adalah Fasching.
Adalah hari sebelum jatuhnya Rabu Abu untuk berpesta, menikmati makan daging dan semua perilaku “kegilaan” dan menikmati hal yang manis-manis. Itu sebab saat Faschingskarneval misalnya tidak ada yang bersedih dan banyak orang mendapatkan manisan seperti cokelat atau permen.
Semua ini bermula pada Abad Pertengahan ketika Gereja Katolik mewajibkan umatnya pantang dan puasa. Ada istilah Mardi Gras atau dalam Bahasa Jerman disebut Fetter Dienstag yang berarti “Hari Terakhir Makan Daging” sebelum dimulainya Rabu Abu.
Suami sudah berpesan untuk mengatur menu daging yang kami beli diletakkan di hari Selasa, pada hari ini. Ibu Mertua juga ikut bercerita membeli ikan untuk stok makan pada besok Rabu dan setiap Jumat sampai Paskah tiba.
Dari sini Anda jadi tahu mengapa toko ikan di tempat saya hanya menjual ikan hanya pada hari Jumat saja. Selebihnya kalau Anda butuh ikan, Anda datang ke supermarket yang memang menjadi tempat serba ada untuk urusan sembako.
Saya pikir kita mengambil banyak Lesson Learned dari tradisi ini. Dalam hidup tak selamanya mendatangkan suka cita, ada masa di mana kita mengendalikan ego, nafsu atau keinginan. Ada kalanya kita perlu menertawai kebodohan yang kita lakukan dan mengambil pelajarannya.
Melalui Faschingskarneval orang diajak tidak hanya bersuka cita tetapi juga kesempatan untuk bermain peran. Manusia kadang memakai topeng atau kostum yang tidak dikenali seperti apa jati dirinya dalam Faschingskostüm.
Makin lama tradisi ini Faschingskarneval menjadi kesempatan untuk warga menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah. Akan ada semacam Stand Up Comedy yang melontarkan kekonyolan yang membuat orang tertawa terbahak-bahak atau menampilkan ketidaksenangannya pada pihak berwenang.
Tradisi dari tahun ke tahun yang saya amati sejak tinggal di Jerman. Saya mengangguk setuju bahwa warga punya hak untuk berpendapat dan mengomentari kebijakan yang dilakukan pihak berwenang.
Itu artinya tradisi yang awalnya ditunjukkan untuk ritus keagamaan menjadi kesempatan ritus warga beraspirasi. Ini bukan unjuk rasa dengan kekerasan tetapi unjuk aspirasi dengan kebodohan yang membuat semua orang tetap suka cita.
Nah, bagaimana menurut Anda?