
Sewaktu masih menyelesaikan studi, saya punya kenalan asal Tiongkok. Dia kuliah satu jurusan dengan saya di Jerman. Kami begitu akrab hingga suatu kali kami berencana membuat Chinese Dumplings pada saat Imlek, Tahun Baru Cina.
Selama pembuatan, kami bertukar cerita soal budaya dan kebiasaan. Sepertinya teman kuliah saya ini punya banyak wawasan, terbukti saya berhasil mengulik soal tradisi Imlek yang sebenarnya dari dia.
Anda bisa melihat hasil wawancara saya dengan tentang Imlek di Link yang ditautkan berikut.
Baca: 5 Hal Mengenai Imlek Patut Tahu
Usai merayakan bersama, saya berpamitan. Kami membeli bahan makanan bersama untuk memasak, salah satunya gula pasir. Kenalan saya meminta saya membawa gula pasir kembali ke rumah karena dia tidak membutuhkannya di rumah.
Menariknya, dia hanya punya garam untuk stok memasak atau mengolah makanan. Gula pasir? Dia mengatakan kalau dia menguranginya bahkan tidak mengonsumsinya sama sekali. Cerita dia semakin membuat penasaran, bagaimana dia minum kopi atau teh tanpa gula? Atau bagaimana dia memasak tanpa gula?
Saya membeli gula pasir karena saya ingin menikmati Beef Teriyaki sehingga dia memakai gula untuk saus teriyaki. Awalnya dia meminta gula palem tetapi saya tidak menemukannya di supermarket. Dia pun menyetujui gula pasir pun bisa.
Baca: 5 Cara Praktis Atasi Stres
Lantas dia pun bercerita tentang obesitas, diabetes hingga stres. Untuk respon ketiga, saya terbengong mendengarkan penjelasannya.
Dia mengatakan kalau kortisol adalah salah satu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, dan berperan saat kita stres. Saya jadi ingat teman saya yang lainnya, saat dia stres dia menikmati banyak cokelat sehingga sering menyimpannya di rumah.
Penelitian pada kedua kelompok perempuan yakni, kelompok eksperimen minum minuman berkadar gula tiga kali sehari selama dua minggu sedangkan kelompok kontrol tidak.
Baca: Tips Atasi Stres Pagi Hari
Hasilnya adalah konsumsi gula pada kelompok eksperimen mengubah tingkat kortisol dan aktivitas otak selama stres. Pada saat stres, kadar kortisol rendah sehingga kadar gula dalam darah pun rendah.
Memang sih perlu kajian lebih dalam seperti bagaimana memahami konsumsi gula memengaruhi otak selama stres. Namun studi itu sudah ada kalau kita stres, kita mengidamkan gula entah makanan atau minuman.
Maksudnya apa? Dengan mengonsumsi gula, itu adalah cara cepat menurunkan respon stres. Teman asal Tiongkok ini khawatir bahwa konsumsi gula berlebihan berdampak pada berbagai penyakit lainnya karena dia punya riwayat keluarga dengan penyakit gula.
Baca: Quarter Life Crisis dan Stres
Kami berdua tertawa karena penjelasan dia begitu ilmiah soal gula pasir. Terkadang saya berpikir dia suka menyampaikan pendapatnya dengan logika berpikir. Begitulah.
Intinya saya mendapatkan jawaban Ketika seorang teman lain bertanya, mengapa dia selalu ingin makan cokelat ketika stres ujian. Setidaknya saya bisa menjelaskannya juga.
Nah, semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda. Mungkin Anda bisa gantikan dengan buah mungkin. Ah, saya bukan ahli gizi. Anda pasti lebih tahu yang dibutuhkan kalau stres datang.