Makanan Khas Jerman (112): Gebackenerseelachs mit Dillsauce

Seelachs itu berbeda dengan Lachs. Lachs adalah salmon dalam Bahasa Indonesia. Secara alami, dagingnya berwarna putih keabu-abuan sementara salmon berwarna merah atau oranye kemerahan.

Bisa disebut Seelachs itu salmon dari lautan pasifik. Meski begitu, lemak ikan ini lebih rendah dan lebih kering dibandingkan salmon. Harganya tentu saja berbeda dengan salmon.

Baca: Mencoba Lachs Teriyaki

Suatu kali suami ingin memasak di rumah menu tersebut. Anda jangan berpikir saya yang memasaknya karena saya benar-benar tidak tahu membuatnya. Sepertinya suami saya menggunakan cara praktis.

Sayangnya saya lupa mengabadikan menu yang dimasaknya, sehingga saya cari stok foto berbayar seperti itu.

Antara Lachs dengan Seelachs kembali ke soal selera dan kantong ya. Saya pernah mencoba menikmati Seelachs di kantin kampus dengan bumbu kari dan nasi. Rasanya lumayan sehingga saya biarkan dia bereksperimen di dapur.

Baca: Seelachs dengan Bumbu Kari

Untuk sausnya, suami pakai Dillsauce yang sudah tersedia di supermarket. Tentang daun Dill, saya pernah membahasnya di sini.

Untuk side dishes-nya, dia pilih nasi. Sementara saus Dill yang kental dan creamy sudah membuat saya kenyang dengan nasi. Mungkin kalau bumbu kari dengan nasi, saya masih menerimanya.

Begitulah saya tidak bisa membayangkan makan nasi yang creamy dengan Dillsauce. Kata suami, itu seperti sulit membayangkan kuah bersantan dengan nasi. Dia tidak suka itu, sementara saya menyukai nasi dengan kuah santan.

Begitulah perbedaan selera menikmati menu makanan kami, yang kadang membuat kami harus berkompromi dulu.

Apakah Anda akan mencicipi Seelachs dengan Dillsauce?