Berikut adalah Reblog untuk cerita fiksi yang pernah dimuat pada 9 Februari 2009. Cerita ini adalah hasil refleksi dan imajinasi saya. Selamat membaca!
Manusia yang sedang kebingungan, berjalan menyusuri kota. Ia bertanya kepada seorang yang lewat.
“Apakah bapak menemukan ‘siapa diriku’? Aku kehilangan siapa diriku.”
“Maaf, saya tidak menemukannya. Mungkin Anda lupa meletakkannya” jawab si Bapak sambil berlalu.
Manusia itu pun terus menyusuri kota. Ia hendak menemui Guru yang pernah mengajarkannya tentang segala ilmu pengetahuan.
“Maaf Guru, apakah Anda mengetahui siapa diriku?” tanya manusia itu.
Guru menjawab, “Maaf, saya tidak pernah mengajarkan ilmu mengenai siapa dirimu.”
Setelah tidak mendapatkan jawaban dari Guru, manusia pun berlalu. Ia pun berniat menanyakan perihal ‘siapa dirinya’ kepada orang tuanya.
Saat ditemui, ayahnya telah tiada, tinggal sang ibu sebatang kara.
“Ibu, aku kehilangan siapa diriku. Aku tidak menemukannya. Apakah ibu tahu, ‘siapa diriku’?”
Sang ibu semakin bingung ditanya oleh anaknya.
“Nak, Ibu pun tidak tahu siapa engkau” jawab Ibu.
Manusia bertambah putus asa karena belum menemukan jawaban. Ia lalu pergi menemui Pendeta yang diyakini saleh nan bijaksana di kota itu.
“Maaf Pak Pendeta, apakah Anda mengetahui siapa diriku. Aku kehilangan diriku. Aku belum menemukannya” tanya manusia kepada Pendeta itu.
Pendeta pun menjawab dengan penuh bijaksana, “Nak, saya pun tidak mengetahui siapa engkau”.
Karena sudah kesal tidak menemukan jawaban, manusia itu pun menyahut “Dapatkah Anda memberikan aku petunjuk sehingga aku dapat mengenali diriku, Pendeta?”
Pendeta itu pun diam, tidak menjawab. Ia pun memberikan perumpamaan.
“Apa ini?” tanya Pendeta yang menunjuk buah apel di hadapan manusia.
“Apel” jawab manusia.
“Bagaimana kamu tahu bahwa itu adalah apel?” tanya Pendeta kemudian.
Manusia pun diam.
Pendeta melanjutkan, “Orang mengenali bahwa ini adalah apel, dilihat dari warna dan bentuk. Namun bagaimana jika orang buta mengenali bahwa ini adalah apel. Tentu, ia mengetahui setelah ia dapat merasakan buah ini, lalu bertanya benda apa ini.”
Manusia termangut-mangut, mencoba memahami perumpamaan Pendeta.
Masing-masing orang memiliki opininya sendiri mengenai pribadinya. Tidak ada pendapat atau ramalan yang tepat mengenai siapa diri kita sesungguhnya.
Selamat berakhir pekan bersama keluarga!