CERPEN (6): Balada Perempuan

Berikut adalah Reblog untuk cerita fiksi yang pernah dimuat pada 6 Februari 2009. Cerita ini adalah hasil refleksi dan imajinasi saya. Selamat membaca!


“Sungguh aku tidak tahu jalan mana yang harus kupilih” keluhku.

Perempuan itu berjalan terus dan meraba-raba setiap benda yang disentuhnya.

“Aku buta, aku menyerah. Tolong bantu aku!” pintanya sekali lagi.

“Jangan menyerah, kamulah yang menemukan tujuanmu!” kata suara itu.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan?” perempuan itu menyahut sambil terus berjalan.

“Mengapa jalan yang kulalui penuh rintangan?” katanya lagi.

“Dengar hai perempuan, kau harus mendengarkan suara hatimu. Dengarlah suara hatimu dalam keheningan, bukan keluh kesahmu. Di situ kau menemukan dirimu yang selaras dengan pikiran dan perasaanmu” kata suara itu sekali lagi.

Perempuan itu diam. Suasana hening. Tidak ada suara.

“Hm, tidak ada pilihan. Jalan yang aku lalui ini penuh rintangan. Sia-sia” sahut perempuan itu tiba-tiba.

Suara itu pun menyahut, “Jika jalan yang kau tempuh bebas dari rintangan, jalan itu tidak berguna. Kau harus membuka dirimu terhadap alam semesta. Yang harus kau miliki adalah keyakinan maka mereka akan menopangmu. Pilihlah jalanmu, bertindaklah sekarang. Saat ini adalah waktu yang tepat.”

“Dari mana aku harus memulainya?” tanya perempuan itu sekali lagi.

Suara itu menjawab, “Mulailah dari tempatmu ini berada dan bersiaplah untuk kecewa. Sebab, jalan yang kau lalui, tidak selamanya mulus.”


Selamat berakhir pekan bersama keluarga!

One thought on “CERPEN (6): Balada Perempuan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s