Jangan Sampai Oikophobia Ketika Berada di Perantauan

Ketika kita berada di perantauan seperti yang saya alami, kita bertemu secara sengaja atau tidak sengaja dengan orang yang berasal dari negara lain atau orang lain sebangsa. Meski kita sebangsa pun terkadang kita berbeda cara pandang.

Ketika ngobrol hebat dengan sesama rekan asal Asia Tenggara juga, saya mendapatkan pengalaman menarik tentang istilah Oikophobia. Kami berdiskusi soal budaya dan politik asal negara masing-masing dengan kondisi yang terjadi di Eropa.

Pada akhirnya kami sepakat bahwa ada saja orang-orang sebangsa yang mulai menunjukkan sikap tidak suka, membenci dan merendahkan asal negaranya sendiri. Lepas dari karakter dan kepribadian orang tersebut yang selalu berpendapat negatif, saya hanya tidak ingin alasan politis untuk membenci negaranya sendiri disebabkan karena dia sekarang berada dalam posisi di negara yang baru.

Kami khawatir orang-orang demikian mengalami Oikophobia yang mungkin jarang terdengar di publik, dibandingkan phobia-phobia lainnya.

Kata “Oikophobia” berasal dari Bahasa Yunani kuno yakni “Oikos” yang diartikan rumah atau rumah tangga, kemudian kata “Phobia” yang diartikan sebagai ketakutan atau kebencian. Istilah ini dipopulerkan oleh Filsuf Inggris bernama Roger Scruton. 

Dia menjelaskan pengertian Oikophobia sebagai kebutuhan yang dirasakan seseorang untuk merendahkan negeri asalnya sendiri. Oikophobia ini merupakan kebalikan dari Xenophobia.

Isu Xenophobia biasanya bermunculan jelang pemilihan umum. Namun Oikophobia mungkin berbeda. Bisa jadi seperti yang dialami teman di atas yang baru saja mendapatkan New Life di negara baru.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab Phobia termasuk faktor psikologis. Lalu bagaimana dengan Oikophobia sendiri? Apakah ada faktor psikologis juga atau hanya alasan politis?

Oikos sendiri bisa diartikan sebagai “rumah tangga” dalam Bahasa Yunani. Itu yang saya ingat ketika belajar Ekonomi di sekolah menengah di Indonesia. Saya pun tidak ingin orang tahu “Dapur” rumah tangga saya karena saya pikir itu adalah hal privat.

Kembali ke pandangan politik bahkan sampai menimbulkan kebencian dan merendahkan “rumah asal” kita, saya pikir itu sudah berlebihan. Saya tidak ingin terjadi Oikophobia dan Xenophobia. Saya ingin semua seimbang.

Hidup yang demokratis adalah ketika kita bersikap toleransi terhadap nilai-nilai di mana kita berpijak dan menghormati darimana kita berasal. Gagasan yang tepat ketika kita tahu identitas sosial dan budaya kita dan menghormati keragaman dunia.

Kembali ke rekan sesama dari rumpun yang sama, Asia Tenggara yang berdiskusi dengan saya soal istilah ini maka saya belajar istilah baru, Oikophobia.

Prinsip saya di mana pun kita berada, kita tetap memerlukan budaya dan jati diri sendiri. Bagaimana pun Oikophobia berarti intoleransi terhadap keragaman dunia.

Bagaimana dengan Anda?

Advertisement