Temukan Etos Kerja Untuk Membentuk Sistem Diri: Pengalaman Bekerja di Jerman

Hari ini di Jerman dan Indonesia diperingati Hari Pekerja Sedunia. Hari ini kami libur dan tak ada aktivitas bisnis untuk menghormati selebrasi tentang pekerjaan itu sebagai bagian dari identitas sosial manusia.

Bagi saya yang merantau ke Jerman dengan memulainya dari studi, bukan perkara mudah untuk mendapatkan kesempatan bekerja di Jerman. Saya mulai dari titik nol sama sekali yang mengajarkan saya banyak hal, seperti budaya dan etos kerja warga di sini.

Saya mengamati dan memelajari bagaimana mereka bekerja. Saya perhatikan bagaimana mereka senang dengan orang yang giat bekerja. Hard Workers bisa menjadi bagian etos kerja mereka. Mereka akan menghargai bagaimana kita mau belajar sesuatu dan rajin mengerjakannya.

Ketepatan waktu juga menjadi etos kerja orang-orang di sekitar saya. Saya pun sudah terbiasa disiplin soal waktu ketika saya pun membiasakannya dalam berbagai kesempatan dengan orang Indonesia. Karena sudah menjadi sistem, saya menjadi terbiasa untuk mengatur pekerjaan saya.

Dahulu mungkin saya sulit membedakan mana ranah privat dan mana ranah pekerjaan. Kini saya tahu bagaimana mengelola waktu tersebut lebih efektif. Mengapa? Saya menemukan sistemnya. Itu kalimat pamungkas yang diajarkan oleh mantan Supervisor saya, meski pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dianggap tidak profesional misalnya.

Di Hari Pekerja Sedunia saya menceritakan bagaimana sistem telah membuat saya bekerja secara cerdas dan efektif.

“Kalau Anda sudah menemukan sistemnya, Anda akan terbiasa dan mengerjakannya secara efektif!”

Dari refleksi bekerja itu, saya membuat sistem kapan saya mengurus pekerjaan, urusan kesukarelawanan hingga urusan pribadi. Untuk membentuk sistem, saya perlu disiplin diri seperti bagaimana saya menyisihkan waktu untuk meditasi atau mengerjakan waktu pelayanan kesukarelawanan.

Untuk membuat disiplin diri dimulai dari sesuatu yang sulit dan keras. Bayangkan bagaimana saya memulai untuk daily blogging dan kini saya tetap blogging hanya dari Senin hingga Jumat. Godaan itu datang apalagi keinginan instan, saya harus menahan diri dengan sabar sehingga itu membentuk sistem.

Meski itu keputusan kecil, tetapi itu akan berdampak besar. Bagaimana hal kecil blogging itu membuat saya menjadi hal besar karena Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya. Segalanya tidak ada yang sia-sia kok meski itu hanya pekerjaan kecil.

Saya ingat apapun posisinya di Jerman ini, orang harus berhadapan untuk membersihkan area kerjanya sendiri. Untuk toilet saja, mereka menyediakan sikat pembersih toilet agar siapa pun harus bertanggung jawab menjaga kebersihan juga. Hal kecil tetapi itu berdampak besar karena membentuk sistem di masyarakat.

Saat pertama kali menjejakkan kaki di Jerman, saya sudah diingatkan: “Ini Jerman!” di mana saya tahu bahwa hidup di sini tidak mudah. Saya harus keluar dari kenyamanan ibukota Jakarta untuk menjadi lebih baik. Saya harus bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil ketika saya hidup dan bekerja di sini.

Seperti pepatah orang di sini: “Aller Anfang ist schwer.” Namun sistem melalui disiplin diri membuat kita terbiasa karena kita menemukan polanya. Ketika saya sudah menemukan polanya, semua terasa mudah. Itu Lesson Learned yang saya pelajari selama berkarya di Jerman.

Selamat berkarya dan melayani apapun profesi pekerjaan Anda!

Advertisement

One thought on “Temukan Etos Kerja Untuk Membentuk Sistem Diri: Pengalaman Bekerja di Jerman

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s