Ragam Bahasa Ibu dalam Peradaban Manusia

Tiap Sabtu pada bulan Februari ini, saya akan menayangkan ulang (=reblog) artikel bertema MARRIAGE yang sudah ditayangkan sebelumnya. Ini adalah reblog dari artikel yang sudah tayang pada tanggal 22 Februari 2015. “Hey, stop it! Don’t be naughty like that!” seru seorang ibu muda memarahi anaknya saat saya dan suami sedang berjalan di pusat perbelanjaan di … Continue reading Ragam Bahasa Ibu dalam Peradaban Manusia

Advertisement

CERPEN (60): “Hello, December. You Are The Last One”

Angin dingin dan salju lebat turun saat itu, dia meninggalkanku sendiri. Entah apa yang ada di benaknya, aku seorang diri di negeri orang. Tak punya hati, bagaimana mungkin aku dibiarkannya menjalani ini semua. Oh Tuhan, desahku. Biarkan ini yang terakhir untukku, pintaku. Benar, kadang kita bisa mencintai tetapi belum tentu memiliki. "Anna, I can't. People … Continue reading CERPEN (60): “Hello, December. You Are The Last One”

Puisi (5): Diam Sama Dengan Emas

Ada kala diam adalah emas Tak selamanya diam juga emas Kadang diam tak menghasilkan apa pun yang kuharapkan Diam tak menjawab pintaku Aku diam Dia pun diam Aku tak mengerti apa maunya Serba salah Aku hanya manusia biasa Aku tak sempurna Dengan diam, aku berharap kau mengerti Aku bingung Diam membuatku bertanya tentang dirimu Kau … Continue reading Puisi (5): Diam Sama Dengan Emas

CERPEN (19): Kidung Cinta Pangeran Kodok

Rupa wajah yang tak setampan Romeo dalam Shakespeare. Mata yang tajam seperti elang dengan sorot seperti surya di pagi hari. Sesungging senyum seperti wangi bunga di pagi hari, meluluhkan hati. Wanita mana yang tak terpesona oleh mata dan senyum yang memanah hati? Pangeran Kodok. Kuberanikan diri menyapa keangkuhan hatinya. Ia hanya mengganggukan kepala. Sopan dan … Continue reading CERPEN (19): Kidung Cinta Pangeran Kodok

Puisi (9): Aku Sudah Jatuh Cinta

Cinta itu buta Sewajarnya ia tidak melihat betapa bodohnya aku Tanpa melihat Aku sudah jatuh cinta Cinta itu tuli Sepertinya ia akan bisa mendengar betapa kencang degup jantungnya Kala aku memandang wajahnya Aku sudah jatuh cinta Cinta itu bisu Sepertinya ia tak akan sanggup berkata-kata Saat waktu mempertemukan kami Aku sudah jatuh cinta Cinta itu … Continue reading Puisi (9): Aku Sudah Jatuh Cinta

Puisi (1): Seperti Malaikat dan Iblis

Kamu seperti Malaikat, Hatimu menyentuhku dengan pesona ketegaranmu menghadapi hidup Kamu seperti Iblis, Kamu menggodaku dengan sejuta rayu meluluhkan jiwa Kamu seperti Malaikat, Bayanganmu hadir menyelamatkan kerapuhan jiwaku Kamu seperti Iblis, Rayuanmu siap menerkam kelemahan diriku Kamu seperti Malaikat, Kebijaksanaanmu meluluhkan pikiranku Kau seperti Iblis, Memperlakukan diriku bak seorang Ratu Iblis Kamu seperti Malaikat, Hadirmu … Continue reading Puisi (1): Seperti Malaikat dan Iblis

Puisi (2): Cinta dan Salah

Adakah cinta itu salah Dia memanah rasa menjadi asa Hingga suka menjadi duka Adakah cinta itu salah? Tak pernah bisa dimiliki tetapi bisa dirasakan Mati pun tak mau, apalagi hidup Adakah cinta itu salah? Kala ditanyakan, tak jujur untuk menjawab Ragu untuk melangkah Adakah cinta itu salah? Menyesakkan jiwa dengan sejuta rayuan, tertahan oleh nafsu … Continue reading Puisi (2): Cinta dan Salah

Puisi (12): Aku Mencintaimu

Aku mencintaimu, Ketika aku meminta pada Tuhan setitik air Dia berikan aku samudera Aku mencintaimu, Ketika aku meminta pada Tuhan setangkai mawar Dia berikan aku taman yang indah Aku mencintaimu, Ketika aku meminta pada Tuhan kesabaran Dia berikan aku waktu untuk menanti Aku mencintaimu, Ketika aku meminta pada Tuhan kekuatan Dia berikan aku ketegaran Aku … Continue reading Puisi (12): Aku Mencintaimu

Puisi (10): Cinta dan Benci

Setiap orang diciptakan untuk saling mencintai. Tetapi, mengapa ada kebencian? Perasaan benci berarti bukan cinta. Perasaan benci pasti berbeda dengan cinta. Bentuk perlakuan membenci pasti berbeda dengan mencinta. Tuhan senantiasa mencintai manusia. Apakah Tuhan membenci manusia? Jika Tuhan menciptakan hati untuk mencintai, mengapa hati yang diciptakan bisa menumbuhkan perasaan benci. Benci bukan berarti Benar-benar Cinta. … Continue reading Puisi (10): Cinta dan Benci