Kenali Implementasi Resep Elektronik dari Dokter di Jerman

Selama tinggal di Jerman, ada banyak pengalaman menarik saat berkunjung ke dokter. 

Mulai dari membuat janji ke dokter, penggunaan istilah berbahasa Jerman, penggunaan Antibiotik dengan resep dokter, hingga pernah mendampingi teman untuk menjadi penerjemah saat berkonsultasi ke dokter/psikolog juga.

Dalam kunjungan ke dokter, saya jarang sekali mendapatkan obat. Obat juga hanya diperlukan, bahkan beberapa kali saya tidak mendapatkan obat.

Contohnya, saya mengeluh badan terasa pegal dan kepala kadang pusing. Setelah diperiksa ke dokter, ternyata saya salah duduk.

Pekerjaan saya banyak di depan komputer sehingga posisi duduk selama bekerja yang tidak ergonomis membuat saya terserang keluhan di atas.

Saya pikir saya akan mendapatkan obat untuk pegal saya atau pusing. Ternyata saya dapat rujukan gratis mengikuti fisioterapi dan mengelola posisi duduk yang baik selama bekerja. Saya tidak mendapatkan obat.

Setelah itu, saya tidak pernah berobat juga. Akhir musim winter kemarin, saya mengeluh kalau bagian dalam kuping gatal, mungkin faktor musim dingin.

Saya pun pergi berkunjung ke dokter THT yang ada di sini, ternyata setelah pengecekan intensif kondisi kuping saya baik-baik saja.

Kali ini dokter juga bilang bahwa tak ada obat, karena kuping saya baik-baik saja, hanya saja kalau gatal muncul maka dokter telah meresepkan obat tetes kuping.

Untuk pertama kali berobat di Jerman, saya mendapatkan resep elektronik. Resep diberikan dokter langsung ke kartu asuransi kesehatan saya. Setiba di apotik, saya hanya menyerahkan kartu asuransi.

Ada mesin khusus yang membaca kartu asuransi tersebut, sehingga petugas apotik langsung memberikan tetes obat kuping sekalian petunjuk penggunaannya.

Sepertinya ini paperless, pikir saya, atau ini memudahkan pihak apotik yang kadang sulit membaca tulisan tangan dokter ya. Itu pemikiran saya. Ternyata ada banyak manfaatnya.

Di balik itu semua, ada banyak manfaat mengapa Jerman mulai menerapkan resep elektronik ini:

1. Mengurangi kesalahan instruksi resep, yang biasanya ditulis tangan oleh dokter dan dibaca oleh petugas apotik.

2. Ini tentu menghemat waktu karena dokter dapat mengirim resep langsung ke apotek, yang kemudian dapat mempersiapkan obat lebih cepat.

3. Resep elektronik tentu membantu dalam memantau penggunaan obat secara keseluruhan dan mencegah penyalahgunaan obat resep.

4. Ini juga menyangkut keamanan data yang mana hanya dipegang oleh layanan kesehatan berwenang.

5. Dengan sistem resep elektronik, dokter dan apoteker dapat mengakses informasi medis pasien yang relevan, termasuk risiko alergi pasien.

6. Kemudahan dan praktis buat pasien untuk menebus obat, tanpa perlu bawa kertas resep.

7. Penggunaan resep elektronik mengurangi biaya administratif terkait pencetakan, penyimpanan, dan pengelolaan resep fisik.

8. Resep elektronik mempermudah proses klaim ke penyedia asuransi kesehatan, mengurangi waktu dan biaya yang terkait dengan verifikasi dan pengolahan klaim.

Leave a comment