CERPEN (33): ‘Jika Benar itu Bisa Kalah, tetapi Benar Tak Mungkin Salah’

Berikut adalah Reblog untuk cerita fiksi yang pernah dimuat pada 13 September 2017 dan 12 Desember 2020. Cerita ini adalah hasil refleksi dan imajinasi saya. Selamat membaca buah pikir saya!


Dialog ibu dan anak:

Anak : Ibu, mengapa semua orang ingin menganggap dirinya benar?

Ibu : Mengapa kau berpikir demikian, nak?

Anak : Aku berusaha menjelaskan bahwa aku tidak salah saat menabrakkan sepeda ke bapak itu tadi di jalan menuju pulang ke rumah. Tetapi bapak itu merasa dirinya benar dan menganggap aku salah mengambil jalannya. Jika aku benar, bapak itu benar, lalu siapa yang salah bu?

Ibu : Mengapa kau berpikir bahwa dirimu benar, nak?

Anak : Karena aku memang tidak berniat untuk menabrak bapak itu saat aku mengendarai sepeda. Aku memperhatikan jalan dengan baik. Tiba-tiba bapak itu menyeberang jalan tanpa melihat kiri kanan dan sibuk memperhatikan henponnya. Apakah aku tetap salah bu?

Ibu : Jika kau benar, apakah kau perlu merasa menang?

Anak : (terdiam sesaat) Aku tidak merasa begitu bu.

Ibu : Dengar nak, semua orang berusaha untuk menjadi benar karena kebenaran itu lebih mudah diterima banyak orang. Sulit bagi kebanyakan orang menerima kesalahan. Itu yang menyebabkan orang lebih mudah menganggap diri mereka benar.

Anak : Setelah kejadian menabrak bapak itu dengan sepeda, aku pun jadi bingung karena bapak itu mengaku dirinya benar. Ia bilang ke semua orang di situ bahwa ia berjalan di tempat yang seharusnya. Aku sebagai anak muda pun terpaksa harus merasa kalah dan meminta maaf. Rasanya tidak adil, bu. Sesungguhnya jika diperhatikan kronologis kejadian bahwa bapak itu lebih memperhatikan henpon di tangannya ketimbang jalan. Aku tidak terima bahwa aku benar tetapi aku harus kalah.

Ibu : Nak, benar itu bisa kalah namun benar itu tak mungkin salah. Setidaknya kau merasa kalah berdebat dengan bapak itu, namun itu tidak menunjukkan bahwa kau salah. Bapak itu yang merasa dirinya benar pun tidak serta merta merasa dimenangkan. Hidup ini bukan soal salah dan benar atau kalah dan menang, tetapi cara pandang. Lihat dari berbagai sisi ya!

* Cerita ini hanya fiksi

Leave a comment