Apakah Ada Hubungan Sampul Rokok terhadap Perilaku Merokok? 

Aneka rokok yang dijual di Jerman. Peringatan bahaya rokok punya komposisi 50 persen dari sampul. Ada yang menggunakan efek grafis namun ada juga yang hanya peringatan tertulis saja.

Contoh efek grafis pada bungkus rokok di Jerman. 

Kiri adalah bungkus rokok yang dijual di Thailand. Kanan adalah bungkus rokok yang dijual di Belanda. Semua bungkus rokok di tahun 2015.

Tidak hanya di Indonesia yang memiliki sampul rokok menyeramkan, saya pernah menuliskan ulasannya di sini. Di Thailand misalnya saya berjumpa dengan kawan saya yang bekerja di sana dan kebetulan beliau merokok. Saya mempertanyakan bagaimana pendapatnya tentang sampul rokok di Thailand yang menyeramkan itu. Dengan mudahnya dia menjawab, saat saya merokok saya tutup saja bungkus rokok tersebut sehingga tidak terlihat dan saya tetap merokok.

Sampul rokok yang jadi bungkus rokok di Thailand memang menunjukkan gambar tidak sedap dipandang. Komposisi gambar dan peringatan bahaya rokok di Thailand sekitar 50% dari ukurannya.

Bagaimana di Belanda? Ini saya menemukan bungkus rokok dijual di Belanda tahun 2015. Sampai sekarang saya belum ke Belanda, untuk mengecek apakah terjadi perubahan seperti sampul rokok di Jerman. Di Belanda, sampul rokok memberi peringatan tentang bahaya rokok seperti kalimat namun tidak menunjukkan gambar yang tak sedap dipandang seperti di Thailand dan Indonesia. Lagipula komposisi peringatan bahaya merokok tidak cukup besar terhadap sampul rokok.

Tiap-tiap negara punya kebijakan masing-masing dalam membuat regulasi bahaya merokok bagi penduduknya. Toh meski sudah dikatakan rokok berbahaya bagi kesehatan, masih banyak juga orang tetap merokok.

Lalu bagaimana jika sampul rokok menyeramkan ini berdampak terhadap perilaku merokok?

Saya ambil di contoh di Jerman. Gambar grafis yang tak sedap dipandang di bungkus rokok sama seperti di Indonesia mulai diberlakukan sejak Mei 2016. Saya mengamati pada sampul rokok di sini, porsi 50% dari ukuran juga diberlakukan sebagai peringatan bahaya merokok. Bagi saya yang tidak merokok, gambar tersebut sungguh menyeramkan.

Dari Euromonitor, saya menemukan ada dampak penurunan penjualan rokok di tahun 2016. Dikatakan ada dua faktor yang melatarbelakanginya, pertama dikarenakan para perokok beralih ke konsumsi rokok elektrik. Kedua, efek grafis yang ditampilkan pada bungkus rokok ternyata menjadi penyebab perokok mengurangi konsumsinya atau berhenti merokok mungkin.

Jadi bagaimana?

Pertama, rupanya efek grafis sebagai bentuk komunikasi visual mampu menunjukkan perubahan perilaku di Jerman. 

Kedua, coba simak wawancara saya di atas dengan perokok di Thailand. Dia mengatakan bahwa dia akan menutup bungkusnya kala merokok. Itu sudah menunjukkan bahwa sebagai perokok ada kekhawatiran setelah melihat efek grafis bungkus rokok. 

Bagaimana di Indonesia? Apakah sudah ada hasil penelitian yang berbicara dampak efek grafis ‘menyeramkan’ sampul rokok terhadap perilaku merokok?

Semoga bermanfaat!

Leave a comment