7 Pertimbangan Sebelum Memutuskan Menikah dengan Warga Negara Asing

Seiring dengan perkembangan teknologi, keterbukaan komunikasi pun bukan tidak mungkin menciptakan relasi dengan warga negara asing (WNA). Kemudian berkembang menjadi perkawinan campur (mix marriages) antara WNI (Warga Negara Indonesia) dengan WNA. Jujur, saya lebih suka menggunakan kata WNA ketimbang “Bule” karena “Bule” semacam streotype yang juga saya temukan di Thailand. Di Thailand, mereka menyebut “Bule” dengan “Farang”. Elok apabila kita menggunakan WNA ketimbang “Bule”, “Londo”, “Negro” atau “Farang”. Hargailah orang lain siapapun mereka agar kita pun dihargai, terutama saat di luar negeri.Itu prinsip saya.

Sebelum memutuskan menikah dengan WNA, berikut bisa menjadi pertimbangan pribadi mendasar:

1. Kenali budaya pasangan.

Pelajari segala hal tentang budaya pasangan dengan banyak membaca literatur. Datanglah ke pusat budaya negara bersangkutan, misalnya Belanda (Erasmus Huis), Jerman (Goethe Institut), Perancis (Institute Français Indonesia), Italia ( Istituto Italiano, Jakarta) dsb. Anda bisa dapatkan dengan mencari di google tentang lokasi pusat kebudayaan tersebut. Syukur-syukur, lokasinya tidak jauh dari kota anda. Sebagian besar memang berada di Jakarta, ibu kota negara.

Selain berkunjung ke pusat budaya, bekali juga dengan banyak literatur yang terdapat di perpustakaan, terutama di pusat kebudayaan karena koleksi mereka lebih lengkap. Anda juga bisa membaca berbagai informasi budaya di internet. Dengan bekal informasi budaya yang cukup, akan meminimalisir kesalahpahaman dan friksi di kemudian hari. Benar juga pepatah mengatakan, ‘Tak kenal maka tak sayang’.

2. Kenali karakter pribadi pasangan.

Karakter pasangan terbangun dari pengasuhan asal pasangan, bagaimana sifat baik dan buruk yang dimilikinya. Ingat, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Terima karakter pasangan dan diskusikan bila ada yang kurang berkenan di hati. Pelajari sifat dan karakter pasangan sebelum memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius lagi.

Untuk membantu anda, siapkan kertas dan tulis karakter baik yang dimiliki pasangan dan kemungkinan sifat yang kurang berkenan. Misalnya ada 10 sifat baik yang anda sukai, tapi ada 3 sifat yang tidak anda sukai. Silahkan diskusikan bila menurut anda menggangu dan perlu diubah.

3. Kenali dan pelajari bahasa ibu pasangan.

Apa “bahasa ibu” pasangan? Bahasa apa yang biasa jadi bahasa pengantar dan komunikasi sehari-hari dengan pasangan? Bila berbahasa inggris, yang jadi bahasa ibu dan bahasa pengantar sehari-hari, tak ada salahnya anda belajar bahasa inggris yang baik dan benar, tak sekedar bahasa inggris obrolan sehari-hari.

Apabila “bahasa ibu” pasangan, bukan bahasa inggris maka anda perlu mempelajarinya. Meski selama ini anda dan pasangan berbahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris tetapi berbahasa ibu pasangan akan memiliki nilai lebih bagi anda sendiri. Anda akan bertemu dengan keluarga besarnya, kan? Atau, anda mungkin akan berkunjung, malah tinggal di negara asal pasangan? Tentu “bahasa ibu” pasangan dalam level pemula, perlu jadi pertimbangan buat anda.

Bila pasangan anda, WNA Jerman maka anda wajib menguasai bahasa Jerman untuk level A1 yang disyaratkan dan diakui kompetensinya dalam ujian bahasa jerman di lembaga Goethe Institut. Sertifikat bahasa akan menjadi syarat untuk kumpul keluarga dan tinggal di Jerman dalam pengajuan aplikasi visa ke Jerman.

4. Kenali masakan dan makanan yang dikonsumsi.

Apa saja makanan yang biasa dikonsumsi oleh pasangan pagi, siang dan malam hari? Apa makanan favoritnya? Apa nama makanan yang populer yang berasal dari negaranya?

Liebe geht durch den Magen, itu kata orang Jerman. Cinta datang dari makanan. Anda bisa meluluhkannya dengan belajar meracik masakan asal negaranya. Apa yang paling disukai dan jadi kebiasaan sehari-hari, misalnya kentang, sup, burger, pasta, mie, nasi, dsb? Apa yang jadi pantangan atau kurang disukai misalnya MSG, sambal, dsb?

Ceritakan juga kebiasaan makanan anda, misalnya anda tidak mengkonsumsi makanan tertentu. Atau, bila tidak makan nasi sehari, anda tidak memiliki energi. Anda juga bisa memperkenalkan makanan favorit anda, makanan tradisional Indonesia dan masakan racikan anda sendiri.

5. Kenali kebiasaan sehari-hari

Apa yang jadi kebiasaan sehari-hari pasangan? Ajak pasangan bicara dari hati ke hati, jangan merasa aneh apabila anda tidak terbiasa. Misalnya, bangun pagi minum kopi tanpa gula. Atau, setiap hari dia meminum alkohol, air putih bukan jadi minuman utama. Setiap hari dia harus makan kentang. Dan masih banyak lagi kebiasaan yang mungkin bisa anda ketahui sebelum bersama dengannya.

Tak ada salahnya juga jika anda bertanya hal yang pribadi seperti organ reproduksi atau kebiasaannya di tempat tidur. Ceritakan juga tentang diri anda dan tak usah malu. Anda ‘kan tinggal dengannya? Tentu, anda harus mempelajari kebiasaan berdua. Misalnya, kebiasaan anda berdoa. Kebiasaan anda memanggil sebutan pada orangtua, saudara tua, dsb.

6. Diskusikan pandangan tentang perkawinan, keluarga dan anak

Diskusikan pula hal-hal seperti perkawinan, keluarga dan pengasuhan anak. Apakah anak adalah hal yang utama dalam perkawinan anda? Bagaimana pengasuhan anak kelak?

7. Diskusikan tentang masa depan bersama (pengaturan keuangan, sumber pekerjaan, pengasuhan, tempat

Setelah anda merasa cukup mantap, silahkan diskusikan tentang masa depan bersama pasangan seperti tempat tinggal. Anda akan tinggal di negara mana? Bagaimana persyaratan pernikahan yang diperlukan untuk menikah dengannya? Bagaimana soal agama yang menjadi prioritas anda dan orangtua, misalnya?

Apa yang anda lakukan setelah menikah, misal bekerja, study, hanya ibu rumah tangga, dsb? Bagaimana pengaturan keuangan diantara anda dan pasangan? Bagaimana pendidikan dan pengasuhan anak dalam budaya pasangan? Pertimbangkan pula hal-hal yang perlu dipersiapkan bila anda harus tinggal dan menetap bersama pasangan di luar Indonesia.

Semoga uraian di atas membantu anda dalam mempersiapkan ke jenjang yang lebih mantap lagi, Perkawinan dua bangsa.

Namun di sisi lain, tak jarang kita menemui berbagai benturan. Ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dipaksakan, yakni:

1. Agama dan kepercayaan.

Bagaimana pandangan anda perihal agama? Bagaimana agama menurut pasangan? Jangan pernah memaksakan agama dan keyakinan. Syukur-syukur jika anda dan pasangan tidak bermasalah tentang agama dan kepercayaan.

Tidak menutup kemungkinan anda akan menemukan agama dan keyakinan yang baru anda kenal. Jika pasangan ingin pindah agama dan kepercayaan, mengikuti keyakinan anda maka yakinkan anda punya banyak informasi untuk proses kepindahan dan menghubungkannya dengan Pemuka Agama.

2. Bentuk fisik.

Jangan pernah memintanya mengubah apapun secara fisik dari pasangan. Selain anda belum resmi menjadi pasangan hidupnya, hal itu juga dipandang tidak sopan. Terima pasangan sebagaimana ia memperlakukan anda.

3. Budaya.

Jangan pernah memaksakan budaya tertentu kepada pasangan. Bicarakan dengan pasangan bila ada hal yang kurang cocok menurut pemahaman anda. Anda akan tinggal dengannya seumur hidup. Jangan sampai budaya akan menjadi bumerang dalam hubungan anda.

Jika pasangan mau menerima saran/kritikan, anda pun harus siap mengajari pasangan untuk melakukan hal seperti yang anda minta. Jangan pernah memandang rendah/buruk budaya pasangan. Jangan pernah juga merasa superior atau merasa unggul terhadap budaya pasangan. Saling belajar budaya masing-masing akan membantu anda dan pasangan nantinya.

4. Kepribadian.

Tidak ada yang pernah bisa menebak secara tepat karakter pribadi seseorang, termasuk anda. Jika anda menginginkan pasangan memiliki kepribadian seperti yang anda impikan, itu namanya pasangan hidup impian. Bukan cinta. Anda akan hidup dengan karakter pribadinya, baik atau buruk tetap pasangan anda. Sedini mungkin pahami pribadinya.

Dua pribadi yang lahir, tumbuh dan dibesarkan dalam budaya bangsa yang berbeda, tentu berbeda pula. Namun yang jelas, kepribadian itu sifatnya dinamis, dapat berubah.

5. Bahasa sehari-hari.

Saat anda mengenalnya pertama kali, bahasa apa yang digunakan? Semua butuh proses belajar, termasuk jika pasangan ingin belajar bahasa Indonesia. Anda dapat katakan bahwa bahasa Indonesia begitu mudah dipelajari dan anda siap menjadi guru baginya.

Bahasa juga kerap bisa menjadi problema bagi anda atau pasangan yang salah satunya tidak memiliki bahasa ibu. Kemungkinan multi tafsir atau salah paham bisa saja terjadi. Terima hal itu sebagai proses pengenalan bersama. Jangan langsung menghakimi. Jangan sungkan-sungkan meminta maaf jika anda salah dalam berkomunikasi.

Di atas semua itu, serahkan kepada Tuhan, berdoa. Apakah ia layak untuk anda perjuangkan? Jika ya, memutuskan untuk menikah itu mudah. Hal yang sulit adalah mempertahankannya.

Selamat menempuh hidup baru!

Advertisement

6 thoughts on “7 Pertimbangan Sebelum Memutuskan Menikah dengan Warga Negara Asing

  1. Keren Mbak… Tulisan Mbak inspiratif banget sih… Oh ya, saya sudah tinggalkan alamat gmail, minta nomor hpnya buat whatsapp ya…

    Like

    1. Hallo,

      Sudah saya kirim via japri ya. Viel glück.

      Terimakasih sudah mengunjungi 😀

      Grusse,

      Like

  2. Bu, apa bisa dikirim ke email saya syarat-syarat nikah dengan pria WNA asal jerman?

    Ditunggu ya.

    Vielen dank

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s