
Sewaktu di Jakarta, saya dan suami mampir di wilayah Sabang untuk membuat pas foto. Karena sudah lama tidak di Jakarta, saya lupa jika di Sabang berlaku parkir berbayar otomatis, entah apa namanya. Oopps, suami sudah terlanjur parkir, ya sudah, terima nasib bagaimana menggunakannya.
Saat mau coba utak-atik mesin otomatis parkir atau Parkautomat, tiba-tiba ada bapak pengatur parkir datang membantu. Dia tanya keperluan saya. Pikirnya jika untuk pas foto, mungkin hanya lima ribu rupiah. Saya serahkan uang tersebut. Done!
Nah, di Jerman Parkautomat juga diberlakukan. Baru-baru ini stasiun televisi Jerman menayangkan liputan implementasi Parkautomat lalu kemudian meminta pendapat warga seputar hal itu. Ada yang suka karena lebih praktis. Ada pula yang tak suka karena terbiasa gratis dan sekarang harus bayar, dan sebagainya.
Tidak semua area pakai Parkautomat, kebanyakan area pemerintahan atau publik yang ramai seperti rumah sakit, dsb. Jika bisa gratis mengapa harus bayar hahaha.. Jadi saya dan suami pun berebut cari lahan parkir gratis meski jaraknya jauh dari tempat yang dituju. Risiko ya?!
Misalkan 20 cents € untuk 30 menit, ada orang yang sudah terlanjur bayar untuk 30 menit kemudian pergi setelah 20 menit. Berarti masih ada 10 menit tersisa, kita bisa pakai juga 10 menit berikutnya gratis. Ini semua terlihat di penunjuk waktu Parkautomat. Biasanya urusan di sini tidak terlalu lama, lumayan gratis 10 menit hehehe…
Lalu bagaimana jika cuek dan tidak bayar, ‘kan di Jerman tidak ada petugas parkir yang cek alias semua berdasarkan kesadaran? Hmm… siapa berani berhadapan dengan polisi dan kena denda?! Jadi daripada kena denda lebih baik bayar. Polisi terbiasa memantau dan berpatroli.
Oh ya, ada pula sistim Parkautomat yang biasa di Indonesia perlu ada staff yang beri karcis. Di sini mereka yang akan parkir masuk dan ambil tiket otomatis. Kartu dari mesin parkir itu disimpan. Setelah selesai urusan, kita bayar langsung di Kassenautomat yang bekerja otomatis dengan memasukkan kartu parkir. Di situ akan tertera besaran € yang harus dibayar. Setelah bayar dengan jumlah sesuai, kartu parkir dikembalikan. Kartu tersebut digunakan untuk keluar area parkiran dengan memasukkan ke mesin otomatis.
Semua dilakukan secara swalayan dan otomatis. So, berapa banyak karyawan yang dihilangkan di sini? Petugas pemberi karcis, petugas jaga + pengatur parkir dan petugas yang jadi kasir penerima uang.
Begitulah cara kerja parkir berbayar otomatis yang saya ketahui. Dengan menjamurnya kendaraan, retribusi parkir menjadi sumber penerimaan yang lumayan besar jika dikelola dengan tepat.
Saya jadi ingat sewaktu masih kuliah di Jakarta, sempat membantu jadi Note-Taker FGD tentang perpakiran di Jakarta sekitar tahun 2000-an. FGD ini diselenggarakan oleh NGO. Nah, di sini saya paham bahwa retribusi parkir merupakan pasokan uang harian yang lumayan besar. Itu kira-kira 10 tahun-an lalu, kebayang jika dana parkir bisa dikelola dengan baik untuk pembangunan bersama.
☆ Foto menyusul…