Pelangi Kehidupan: Belajar dari Kekalahan Jerman di Piala Sepakbola Dunia 2018

Tampak banyak orang memenuhi lapangan parkir menonton sebelum hujan.
Hujan turun. Sebagian orang bubar dan sebagian bertahan dengan bawa payung.

Siapa yang tak sedih ketika melihat sang jagoan berjumlah sebelas orang gagal meraih kemenangan di lapangan hijau. Ya, Rabu (27/7) menjadi pukulan terberat buat timnas Jerman yang berlaga di Piala Dunia 2018. Bagaimana pun Jerman dikalahkan kesebelasan Korsel yang serta merta membuat banyak orang tak percaya. Saat itu saya dan suami menyempatkan diri nonton bareng di suatu kota. Kami cepat-cepat mengakhiri aktivitas agar bisa menonton tim kesayangan berlaga jam empat sore waktu Jerman.

Siapa pun tak menyangka bahwa juara bertahan bisa dikalahkan begitu mudahnya. Saya yakin sebagian besar orang di dunia memprediksi kemenangan Jerman melawan Korsel. Apalagi masyarakat Jerman sendiri sudah merasakan gaung piala dunia sebelum berlangsungnya acara tersebut digelar di Rusia. Berbagai industri telah menyiapkan pernak-perniknya mulai dari aksesoris hingga pakaian. Sebagian rumah memasang bendera Jerman. Sebagian lagi memakai kaos “Germany” saat pertandingan Jerman berlangsung. Ada juga yang memasang aksesoris di mobilnya. Di banyak tempat pun menggelar nonton bareng bersama. Semua dilakukan hanya untuk mendukung kesebelasan kesayangan berlaga di piala dunia. Mereka bangga jika Jerman bisa meraih piala dunia kembali.

Jika dirunut ke belakang, Jerman pertama kali meraih juara piala dunia world cup tahun 1954. Saat itu masih dikenal sebagai Jerman Barat. Apa yang menarik dari peristiwa ini? Bahwa setelah 9 tahun keterpurukkan Jerman usai perang dunia kedua di tahun 1945, Jerman tampil memukau menunjukkan prestasi positif di mata dunia. Itu artinya Jerman bisa bangkit usai tragedi kemanusiaan yang meluluhlantakkan Jerman. Bahkan di tahun itu, Jerman sempat terbagi menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.

Lalu Jerman kembali berhasil memenangkan juara piala dunia kedua kalinya pada tahun 1974. Pada saat itu industri kapitalis di sini sedang berjaya. Masyarakat pun berbondong-bondong membeli televisi berwarna agar bisa menyaksikan tim kesayangan berlaga. Demikian cerita suami dan ayah mertua. Pertama kali punya televisi berwarna untuk melihat tim sepakbola kesayangan. Mungkin begitulah cara mereka mendukung timnas berlaga di lapangan hijau tingkat dunia.

Setelah empat kali meraih juara dunia, pada tahun ini Jerman tak mampu menembus enambelas besar. Berbagai analisa para pakar berbicara, baik di televisi, radio, koran maupun media online tentang kegagalan timnas ini di tahun 2018. Namun lagi-lagi tak ada yang bisa memprediksi kemenangan atau kegagalan dalam suatu pertandingan. Semua penggemarnya pun sedih dan kecewa. Saya yakin, mereka sudah berjuang keras.

Pada Rabu kemarin, saya dan suami pergi nonton bareng yang digelar di pusat perbelanjaan. Saya melihat bagaimana banyak orang meluangkan waktu hanya untuk menonton bola. Aktivitas terhenti sementara di tempat tinggal kami. Saya dan suami sempat skeptis nonton di area terbuka karena ada awan gelap menggelayut di langit. Akhirnya kami memilih duduk di teras kafe agar bisa menonton dari kejauhan dan tidak kehujanan bila itu terjadi.

Ketika acara nonton bareng berlangsung, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Sebagian bertahan dengan membawa payung atau cuek saja dengan hujan. Sebagian memilih di tempat teduh. Namun semua tetap antusias untuk menyimak bagaimana timnas berlaga melawan timnas Korsel. Apa daya kemenangan tidak bisa ditembus tim Jerman.

Sekembalinya pulang nonton bareng, kami melihat dari dalam mobil sebentuk pelangi yang indah. Beberapa orang yang melihat peristiwa alam ini tampak mengabadikannya lewat kamera hape. Pelangi memang selalu indah, semua orang tahu itu.

Lewat pelangi kita selalu menjadi bijak. Bad days will pass. No rainbow without rain. So, everything happens for a reason. Mungkin dengan begitu, timnas Jerman dapat mengambil lesson learned dari kekalahan kemarin.

Selamat berhari Minggu!

11 thoughts on “Pelangi Kehidupan: Belajar dari Kekalahan Jerman di Piala Sepakbola Dunia 2018

  1. Piala dunia tahun ini benar-benar tidak bisa diprediksi. Kita penonton dibuat gemes dengan hasil dari pertandingan. Saya hampir tidak sanggup untuk bangun dan menonton sampai habis satu set pertandingan. Sedih dan kecewa akhirnya. Tapi, benar-benar seru, naik turun emosi membuat kita belajar mengenal diri kita sendiri.
    Good posting as always, Kak.

    Liked by 1 person

    1. Terima kasih kembali, Kak. Saya senang membaca dan merasakan pengalaman hidup Kakak selama di Jerman. Seru !. Berhadap suatu hari nanti bisa menginjakkan kaki disana.
      Hahahaha…Ia, sedikit suka dengan Bola. Terpengaruh oleh teman-teman disekitar yang memang juga gila bola.
      Humm….sejauh ini tidak ada prediksi yang sesuai. Hanya menunggu dan berharap saja. Ada beberapa teman yang pasang taruhan, tapi Ayu ngak berani ikut. Melihat apa yang terjadi sampai saat ini wkwkwkwk.

      Liked by 1 person

    1. Cup cup… jangan nangis ya! Tar gak dikasih permen loh😁

      Begitulah kehidupan, siapa yang bisa memprediksi kemenangan atau kekalahan. Namun pastinya tim Jerman harus mengambil hikmah atau lesson learned, banyak hal sih bisa dipelajari dari sekedar menonton bola.

      Like

    1. Wah nobarnya ramai bingitzzz… banyak tempat menggelar nobar pak. Hujan aja orang masih bertahan nonton… bagaimana nobar di tempat bapak?

      Like

Leave a comment