CERPEN (31): Apa yang Anda Pikirkan Tentang Masa Lalu?

Berikut adalah Reblog untuk cerita fiksi yang pernah dimuat pada 24 Mei 2016 dan 28 November 2020. Cerita ini adalah hasil refleksi dan imajinasi saya. Selamat membaca buah pikir saya!


Rinai hujan turun di luar, aku duduk sore itu bersama ayahku di teras belakang rumah. Dia membawa kue cokelat buatan ibu dan sepoci teh manis hangat. Ia menuangkan teh itu dalam cangkirku.

“Ini buatmu, nak” katanya padaku.

Aku mengangguk perlahan dan bergumam, terimakasih.

Sederet kalimat pertanyaan meluncur deras dari mulutnya, menanyakan pekerjaanku hingga kehidupanku yang masih melajang.

“Mau sampai kapan kau begitu, nak?” tanyanya.

Aku diam sambil menyeruput teh yang masih panas.

“Sebenarnya aku lelah juga, Ayah. Aku tidak kuat juga,” kataku lirih.

“Dengar, nak! Menjadi orang yang kuat tak perlu memiliki badan yang kuat. Untuk menjadi perempuan kuat, cukup punya hati yang lapang untuk merasa kuat,” kata Ayah sambil menepuk bahuku.

Rasanya aku ingin menangis di bahunya yang kokoh.

Masa lalu memang tidak untuk diratapi atau dikenang, tetapi rasa sakit hati itu masih belum sembuh.

“Jangan pernah menyalahkan orang lain yang pernah singgah di hatimu, nak! Bersyukurlah karena mereka sempat memberikanmu kebahagiaan bahkan pengalaman dan pelajaran berharga yang menurutmu buruk sekalipun.”

Kalimat ayah meluncur seolah-olah ia memahami kegundahanku.

“Bagaimana luka hatimu akan sembuh kalau kau tak memaafkan dirimu sendiri?” tanyanya.

Ternyata lebih mudah memaafkan orang lain daripada diri sendiri, batinku.

Belajarlah dari masa lalu agar lebih kuat” kata ayah.

Katanya lagi, “Hidup akan lebih menarik bila disertai kejutan. Hidup sesungguhnya adalah hal-hal yang tidak diharapkan terjadi.”

Itu alasan kita menjadi kuat. Adalah masa lalu.

* cerita ini adalah fiksi.

Leave a comment