Mengapa Kita Mudah Menyerah?

Minggu lalu saya harus melewati ujian lisan di salah satu mata kuliah yang menurut saya sulit. Ujian ini untuk menutup perkuliahan summer semester. Kuliah akan berlanjut winter semester pada bulan Oktober nanti. Tentu, apa pun yang namanya ujian bukan perkara mudah untuk siapa pun mahasiswa, termasuk saya yang berbahasa ibu bukan bahasa Jerman. Ini adalah ujian lisan.

Saya pun sudah stress menyiapkan materi yang diberikan profesor. Di saat stress itu, muncul rasa dalam diri sendiri yakni menyerah.

Partner hidup saya yakni suami yang mengetahui hal itu, mengajak saya makan malam di luar rumah. Kami pun berbincang dan membahas tema “Menyerah” pada saat makan malam. Ini bukan tema ujian saya. Dari obrolan tersebut, saya pikir ini bagus untuk saya bagikan dalam bentuk artikel.

Mengapa kita mudah menyerah?

1. Kita takut akan mengalami kegagalan

Di dunia ini kita sudah belajar sejak masih anak-anak untuk berhasil dalam melakukan sesuatu. Padahal kita juga tahu bahwa semuanya itu butuh proses belajar dan waktu agar apa yang kita inginkan tercapai. Masalahnya, saat kita menjadi dewasa maka kita lebih sulit menerima kegagalan. Kegagalan itu seperti momok yang menakutkan dan mengerikan sepanjang hidup. Bahkan ada yang tak bisa memaafkan diri sendiri ketika gagal. Daripada terjadi kegagalan, kata “menyerah” itu begitu mudah diucapkan.

2. Kita takut pemikiran orang lain yang akan menghakimi jika kita gagal

Manusia adalah makhluk sosial. Seberapa pun lingkup pertemanan dan hubungan kekerabatan yang dimilikinya tak luas, tetapi gagal itu seolah-olah menakutkan karena kita khawatir cap buruk yang mungkin diberikan orang-orang di sekitar kita. Padahal itu semua belum tentu terjadi. Kita begitu khawatir orang lain akan menghakimi jika kita gagal.

3. Kita berpikir menyerah itu lebih mudah daripada melanjutkan

Siapa pun di dunia ini akan memilih hal termudah dibandingkan hal tersulit. Padahal kita juga tahu bahwa seseorang yang berhasil itu harus melewati kesulitan terlebih dulu. Nyatanya kita memilih untuk menghindari kesulitan dan mengambil hal termudah, yakni menyerah. Kita berpikir bahwa menyerah itu akan menghentikan kesulitan. Kita tidak ingin melanjutkannya hanya karena kita ingin hal termudah dalam hidup.

4. Kita ingin berhenti untuk berjuang keras mencapai tujuan

Manusia itu begitu mudah menyerah ketika dia merasa bahwa harapannya itu pupus. Kita mudah menyerah ketika perjuangan yang gigih dilakukan tampak sia-sia. Menyerah muncul ketika kita merasa perjuangan untuk mencapai tujuan tak mungkin terjadi. Kita lupa bahwa keajaiban adalah hal mustahil yang mungkin saja terjadi jika kita percaya.

5. Pada dasarnya kita berharap lebih dari apa yang kita pikirkan

Menjadi orang sukses dan berhasil dalam hidup adalah harapan tiap orang. Namun siapa yang ingin gagal? Tak ada. Harapan hidup itu selalu melebihi kenyataan. Ketika kita takut akan terjadi kegagalan karena kita tidak siap untuk kehilangan harapan. Menyerah itu akhirnya menjadi begitu mudah. Kita ingin membiarkan usaha perjuangan kita berhenti daripada mengetahui ketidakpastian, apakah kita gagal atau berhasil?

Setiap orang dalam hidup pasti pernah mengalami kegagalan dan menyerah. Namun tiap orang punya cara yang berbeda untuk menerima, mengatasi dan bangkit dari kegagalan. Pengalaman yang berbeda-beda ini pun mengajari tiap orang, apakah ia begitu mudah untuk menyerah dalam hidup?

Lepas dari tema “menyerah” di atas, akhirnya saya berhasil melewati ujian lisan dengan baik. Nilai saya pun sangat baik. Bisa anda bayangkan jika saya sudah menyerah di awal sebelum ujian? Jadi, jangan pernah mudah menyerah di awal!

7 thoughts on “Mengapa Kita Mudah Menyerah?

  1. bener tuh.. Sayapun sekarang lagi di uji.. Sblum memulai banyak yg supot ktika biaya sudah kluar ehhhh mreka pada kabuurrr… Sendiri terus berfikir dan harus senangat.. Mksi ka critanya..

    Liked by 2 people

  2. Terima kasih banyak atas postingan ini, Kak. Saya saat ini merasa sedang ‘menyerah’ dengan suatu perjuangan dan usaha untuk mencapai sesuatu. Tulisan ini mengingatkan saya kembali bahwa saya seharusnya berjuang dna tidak membiarkan siapapun bahkan diri saya sendiri mengatakan bahwa saya gagal, padahal saya belum berjuang.

    Liked by 3 people

Leave a comment