Mengapa Mereka Menyebutnya “Silvester” di Akhir Tahun?

Kata “Silvester” sebenarnya tak asing di telinga saya saat saya masih di Indonesia. Bukan hanya karena nama orang-orang yang memakainya melainkan literatur yang saya baca.

Dahulu saya menangkap bahwa Silvester adalah akhir tahun, setelah beberapa literatur menyebutnya demikian. Namun mengapa mereka menyebutnya Silvester?

Belakangan saat saya tinggal di Jerman, saya menyadari bahwa mereka memang terbiasa menyebutnya sebagai “Silvester” buat akhir tahun. Mereka menyebut pamungkas tahun sebagai “Silvester” di sebagian Eropa.

Ya, Silvester adalah nama orang kudus yang diakui sebagai Paus Silvester I. Beliau diperkirakan hidup abad 4 Masehi. Relikuinya masih tersimpan di Zadar, Kroasia yang pernah kami sambangi beberapa tahun lalu.

Baca: Wisata ke Zadar, Kroasia

Paus Silvester I diperkirakan meninggal sekitar bulan Desember tahun 300-an. Dahulu saat Kalender Julian masih berlaku, akhir tahun itu dianggap pada tanggal 24 Desember.

Kemudian terjadi reformasi kalender menjadi kalender yang kita pakai sekarang pada abad 16. Akhir tahun yang semula menjadi 24 Desember berubah menjadi 31 Desember.

Baca: Tradisi Namenstag di Jerman

Karena dahulu Gereja Katolik merayakan Hari Raya Santo/Santa atau di Jerman disebut Namenstag maka Hari Raya Santo Silvester tetap dirayakan di akhir tahun.

Paus Silvester I menjabat sebagai Paus Roma pada tahun 314-335 Masehi. Beliau wafat di akhir tahun 335 dan namanya diabadikan sebagai orang kudus pada tahun 800-an.

Hal menarik Paus Silvester I ini dirayakan oleh Gereja Ortodoks Yunani pada 2 Januari sedangkan Gereja Ortodoks Rusia merayakannya pada 15 Januari.

Gereja Katolik merayakannya tetap pada 31 Desember sehingga ini yang mendasari orang-orang di Eropa menyebut akhir tahun sebagai Silvester day.

Selamat merefleksikan diri dalam menyongsong akhir tahun!

9 thoughts on “Mengapa Mereka Menyebutnya “Silvester” di Akhir Tahun?

Leave a comment