Regensburg (2): Walhala, Semacam Patheon di Jerman

Tampak depan menghadap ke sungai danube.

Maket walhala yang menunjukkan keseluruhan bangunan.

Banyak anak tangga dan sungai danube yang indah.

Tampak samping.

Lorong bergaya neo-klasik.

Tampak belakang.

Masih ingatkah cerita saya ke Regensburg, linknya bisa dicek di sini? Di situ saya sampaikan tentang satu tempat yang dikunjungi, namun dokumentasinya dibuat terpisah. Yups, walhala. Pos ini akan bercerita tentang tempat menawan, layaknya berada di Yunani. Penasaran ‘kan?
Mungkin anda tak pernah menduga bahwa bangunan yang terlihat pada gambar di atas ada di Jerman, tepatnya tak jauh dari kota Regensburg. Bahkan bangunan ini bisa dikatakan mirip dengan Pantheon yang ada di Roma atau Parthenon di Yunani. Raja Ludwig I dari Bavaria ingin membuat “sesuatu” yang hebat dan bisa menjadi kebanggan untuk dikenang orang Jerman. Idenya pun muncul kala ia terpilih jadi Putera Mahkota. Apa yang dipetuahkan Raja Ludwig I ini tertuang dalam prasasti batu yang ada di muka, dekat area masuk walhala. 

Dalam walhala sendiri terdapat monumen figur orang-orang terkenal dunia yang bisa berbahasa Jerman. Sebut saja Beethoven, Marthin Luther, Johannes Keppler. Atau Imannuel Kant, filsuf yang juga sudah mendunia. Atau Goethe yang juga sudah populer sebagai pujangga. Namun di sini ada juga yang bukan berkebangsaan Jerman namun bisa berbahasa Jerman. Sebut saja Ratu Katharina II dari Rusia, yang memerintah di abad 19. Mozart, kelahiran Austria pun juga diabadikan di sini. Namun setelah Raja Ludwig I wafat, walhala pun tetap mengabadikan tokoh dunia yang berbahasa Jerman seperti Röntgen, ilmuwan dan penemu rontgen, Albert Einstein atau Sophie Scholl, tetapi dengan syarat yang ketat. Ada syarat tertentu yang dibuat agar bisa didokumentasikan patungnya di sini.
Prasasti yang menunjukkan pembangunan walhala.

Contoh patung tokoh dunia yang diabadikan di sini.

Tampak dalam walhala.

Patung Raja Ludwig I dari Bavaria.

Di dinding atas terdapat sejarah awal bangsa Jerman hingga menjadi seperti sekarang.

Ada juga tokoh dunia perempuan asal Jerman yang dikenal keberaniannya dan juga keberadaannya setelah Raja Ludwig I. Dia adalah Sophie Scholl, seorang mahasiswi yang menolak keras rezim Hitler dan kemudian mati dibunuh. 

Untuk menuju ke sini, anda bisa naik kendaraan umum dari Regensburg, bis tujuan Walhalastrße. Ada biaya parkir sebesar 2.50€ untuk mobil pribadi. Jika ingin masuk ke dalam, ada tiket masuk sebesar 4€ dan sewa audio 2€. Jika tidak ingin masuk ke dalam walhala, pun anda masih bisa menikmati pemandangan yang luar biasa indah. Pasalnya di seberang walhala, terdapat sungai danube atau donau dalam bahasa Jerman. Walhala dibuka untuk periode April-Oktober jam 09.00 sampai 18.00.

Di walhala terdapat tiga bagian sesuai tahun dan tujuan pembuatannya. Ada juga prasasti mengelilingi dinding tentang sejarah bangsa Jerman yang dibuat dalam bentuk pahatan indah. Sayangnya diletakkan di atas, yang tak mungkin bisa dilihat secara detil. Ada juga patung Raja Bavaria, Ludwing I yang memerintah tahun 1825-1848.

Walhala dibangun pada 1830 hingga 1842. Atas inisiatif Raja Bavaria, Ludwig I yang melihat kekalahan Jerman terhadap Napoleon yang menduduki Jerman kala itu. Idenya sudah dimulai sejak 1807. Bersama sang arsitek kenamaan masa itu, Leo von Klenze dibuatlah “Pantheon” ala Bavaria, atau “Parthenon”. Bavaria adalah sebutan internasional, sementara orang Jerman menyebut bavaria sebagai Bayern. Lalu mengapa disebut walhala atau apa arti walhala?

Nama ini diberikan oleh sejarahwan asal Swiss yang saat itu berbahasa Jerman, Johannes von Müller. Walhala dalam bahasa Jerman yang diartikan “Totenhalle” yakni sebuah monumen untuk mendokumentasikan dan mengenang tokoh dunia yang berbahasa Jerman dan sudah wafat lama. 

Bagaimana pun, walhala mengingatkan kita jangan pernah melupakan sejarah. Hargai dan hormati mereka yang sudah mengabdi pada kepentingan banyak orang.

Hal menarik lainnya adalah bahwa walhala tidak dilindungi dengan pagar pengaman, agar tetap menjaga originalitas atau keaslian sebagaimana di awal dibangun. Hanya diberi garis pembatas berwarna putih sebagai peringatan agar berhati-hati dan berbahaya. Oleh karena itu, ada papan informasi agar pengunjung berhati-hati saat berjalan atau melangkah. Semua risiko ditanggung sendiri. Tidak ada kegaduhan pengumuman sebagai peringatan pengunjung, namun mengedukasi pengunjung untuk membaca papan informasi dengan baik. Sungguh masyarakat yang sudah memiliki budaya literasi yang tinggi, bahkan di tempat wisata sekalipun.

Tak hanya itu, sebagai area wisata walhala juga ramah pada mereka berkebutuhan khusus. Di sisi kanan disediakan jembatan penghubung bagi mereka yang duduk di kursi roda. Ini memudahkan mereka menjangkau walhala tanpa tangga. Lalu pada maket terdapat huruf brille, yang bisa dijadikan petunjuk informasi.

Selamat berhari Minggu!

Advertisement

5 thoughts on “Regensburg (2): Walhala, Semacam Patheon di Jerman

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s