Thailand (1): Setahun Lalu Kala Sang Raja Wafat

Jalan utama kota Bangkok setahun lalu.

Semua berkabung dan mengenakan pakaian hitam. Tampak kejauhan adalah Grand Palace.

Ribuan pelayat berpakaian hitam dan berpayung melewati pemeriksaan.

Kami mendadak transit di Bangkok. Wah, lumayan bisa jalan-jalan dulu sementara  dan melanjutkan penerbangan keesokan harinya. Agar dapat berwisata dengan jarak terdekat, kami memilih menginap di area Khao San Road, di pusat kota Bangkok. Bergegas kami menuju ke sana dan mencari penginapan ala kadarnya karena tidak booking hotel sebelumnya. Puji Tuhan, hotel sudah saya dapatkan mengingat saya sudah sering ke Bangkok. Dengan wajah yang ramah, saya meminta staf hotel untuk mengijinkan saya menginap karena staf hotel masih mengingat saya dengan baik beberapa tahun lalu.

Setelah tiba di hotel, kami mencari makan malam di Khao San Road, kawasan yang tak pernah sepi dari turis. Phad Thai Nodles jadi pilihan karena terlihat begitu banyak orang yang memesan. Banyak turis duduk dan merayakan kebersamaan di bar, kafe, pub dan beberapa restoran. Sementara banyak juga yang terlihat memadati pedagang kaki lima membeli makan malam.

Phad Thai Nodles sebagai street food.

Khao San Road yang tak pernah sepi.

Phad Thai Nodles ini semacam mie yang terbuat dari beras dan mie kuning yang dicampur kemudian dimasak layaknya bakmi goreng. Di dalam isian ada campuran sayuran seperti sawi hijau, wortel dan kol yang diiris. Selain sayuran si pedagang menambahkan telur, udang dan irisan cumi. Sebagai topping akhir, pedagang memberikan kacang goreng. Bagaimana rasanya? Saya pikir rasanya tidak terlalu lezat namun cukup untuk membuat perut tidak lapar malam itu.

Saya melihat mayoritas orang di sana mengenakan pakaian hitam. Benar bahwa saat kami datang, Thailand sedang berduka karena Sang Raja wafat. Untung kami membawa pakaian hitam, sepertinya besok saat jalan-jalan kami pun akan mengenakan pakaian yang sama. Si pedagang memperhatikan tampilan kami yang memang tidak mengenakan pakaian hitam karena kami sebenarnya hanya transit sebentar di Bangkok. Lalu dia menunjuk begitu banyak pedagang kaki lima lain yang masih berjualan pakaian berwarna hitam, letaknya tak jauh dari kami. Saya pun menjelaskan kepadanya dalam bahasa Inggris bahwa kami juga bawa pakaian hitam hanya kami baru saja tiba dari negara lain.

Keesokan pagi, tampak jalan-jalan utama di Bangkok dipenuhi banyak orang berpakaian hitam. Kami bergegas pergi menuju Wat Pho yang letaknya bersebelahan dengan Grand Palace, tempat raja disemayamkan. Ribuan orang bahkan mungkin jutaan orang memadati jalan utama ini, apalagi jalan ini ditutup untuk kendaraan. Kami hanya berjalan tak jauh dari kawasan Khao San Road. Untuk bisa datang ke Grand Palace, tiap orang harus melewati pemeriksaan keamanan dan tentunya untuk turis harus menunjukkan identitas paspor.

Sepanjang jalan utama ini, beberapa tenda menawarkan minuman dan makanan gratis bagi rakyat Thailand yang sedang berkabung dan datang untuk melayat. Salut saya terhadap antusias warga di sana, mereka rela berpanas-panasan, antri dan datang dari seluruh Thailand untuk memberi penghormatan terakhir pada Sang Raja. Raut kesedihan masih tampak pada wajah mereka. Kesedihan memang terasa untuk semua rakyat Thailand. Televisi di hotel juga memperlihatkan semua tayangan berwarna hitam putih. Beberapa kali informasi kedukaan ditayangkan di televisi.

Begitulah pengalaman setahun lalu kala Sang Raja Thailand wafat.

16 thoughts on “Thailand (1): Setahun Lalu Kala Sang Raja Wafat

  1. Kira-kira apakah akan kena teguran jika, anggaplah dihari bersamaan wafatnya raja thailand kita memang sdg berlibur disana dan sama sekali tidak berpakaian hitam. Tujuan kami kan bukan untuk melayat, tapi hanya berlibur. Dan anggaplah dalam bekal kami sama sekali tidak ada pakaian hitam. Dan kami tak ingin membeli. Bagaimana menurut anda?
    Ya hampir sama sih yang anda alami ketika mau diarahkan ke penjual yg menyediakan baju hitam..

    Liked by 1 person

    1. Ternyata ketika pemeriksaan imigrasi di Bandara, petugas sudah paham bahwa kami turis. Dan memang tidak berkewajiban mengenakan pakaian hitam. Pakaian hitam banyak dijual, bahkan stoknya disediakan khusus karena peristiwa tersebut. Liburan tak jadi masalah, hanya tempat-tempat hiburan malam tak lagi hingar bingar sampai periode tertentu. Ini yg kami amati saat di Pattaya. So far turis boleh menikmati liburan namun menghormati apa yang sedang terjadi. Sekali lagi baju hitam untuk turis hanya saran saja 😁

      Liked by 1 person

    2. Terima kasih atas penjelasanx. Saya faham.😁
      seandaix kita smpai dpaksa untuk membeli,wahh.. bisa gawat tuh,, sampai harga sembako murahpun gak akan kelar-kelar.
      Setidak kita punya alasan, bahwa kami punya cara tersendiri untuk menghormati dan kami faham itu.😊

      Liked by 1 person

    3. Suami saya kala itu tak berpakaian hitam karena memang dia tak suka warna hitam, tdk beli. Dia adalah WN Jerman. Tak masalah saat di sana 😁 itu hanya saran saja bagi turis. Semoga menjawab pertanyaannya

      Liked by 1 person

    4. Pastinya tidak karena Thailand mengandalkan pendapatannya dari jasa pariwisata. Sebagai gambaran ketika kami datang, hotel bintang 3 harganya diskon krn tak banyak turis yang datang saat itu. Silahkan datang ke Thailand karena harganya menurut saya tak beda jauh dari Indonesia. 😁
      Nanti jika sudah datang, tak tunggu tulisannya ya✍😄😄😄

      Liked by 1 person

    5. Oh begitu ya..

      Sebelumnya saya tak pernah ada minat ke Thailand, 😊 tapi anda terlanjur memberi sy sedikit tantangan, akhire jd sedikit termotivasi.. in sha Allah jika ada rezeky ,kebetulan saya sudah punya alasan untuk kesana.
      Terima kasih 😁

      Liked by 1 person

    6. Amin semoga doanya terkabul. Ini pendapat saya mengapa Thailand jadi destinasi wisata dunia https://liwunfamily.com/2016/10/03/pantas-saja-bangkok-jadi-destinasi-terpopuler-dunia/
      Saya mulai dari perbatasan Thailand – Malaysia.. Hat Yai hingga perbatasan Thailand – Kamboja. Soal penginapan murah dan harga makanan murah, Thailand menurut saya tepat. Saya sudah berkunjung banyak kali. Sesekali menikmati pengalaman di sini seru sekali😎

      Ini usul saya✌

      Liked by 1 person

    7. Jadi semakin bersemangat dehh.. 😁..
      Kalo keluar negeri mmg belum pernah, tapi keliling kota ke kota dalam Indonesia ,4 tahun lamanya jd penjelajah nusantara. Ini tantangan baru buat saya..

      Liked by 1 person

    8. 💪ayo wujudkan niatnya. Seluruh nusantara itu indah semua, saya sudah dari Aceh hingga Papua karena tugas tentunya jadi tak keluar uang, malah dapat uang saku 😁 Keluar negeri modal sendiri karena itu jadi tantangannya mulai dari menabung,berhemat hingga mengalami tantangan bahasa, budaya dan macam2 saat traveling di luar Indonesia. Ini alasan saya https://liwunfamily.com/2014/07/11/7-alasan-mengapa-saya-suka-travelling/
      Life is never flat. Traveling adalah caranya 😁 ✌✍

      Liked by 1 person

    9. Saya sudah dua kali mengirim komentar dikedua artikel anda, tapi semuanya selalu gagal login..
      Tapi pokoknya seru deh..
      Jadi semakin ngebet mau jadi turis diluar negeri. Mungkin saya sudah bosan jadi turis mancadaerah😁…

      Liked by 1 person

    10. Hahahahaha…. ya ya.. saya kehilangan artikel lama tahun 2014 tentang tips bagi perempuan untuk solo traveling berdasarkan pengalaman saya. Ini sedang dalam proses perbaikan. 😁 terimakasih kunjungannya. Saya nantikan pengalaman anda yang dituliskan tentunya. Yups sekali-kali, break your comfort zone 💪 You’re rock 😄😄😄😄

      Sukses ya😇

      Liked by 1 person

Leave a comment